Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Menular ke Manusia?

Kompas.com - 10/05/2022, 12:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ternak jarang menular ke manusia.

Hal tersebut disampaikan melalui konferensi pers yang digelar di Kantor Presiden dan disiarkan pada laman Youtube Sekretariat Presiden, Senin (9/5/2022).

"Kami sudah diskusi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) bahwa penyakit mulut dan kuku ini domainnya ada di hewan," ujar Budi.

"Jadi hampir tidak ada yang loncat ke manusia," imbuhnya.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ini berbeda dengan penyakit flu babi, flu burung, dan Covid-19.

Sebab, pada flu babi infeksi virus influenza H1N1 itu dapat menular dari bai ke manusia. Begitupun flu burung yang awalnya menyerang unggas dan menular ke manusia.

Sementara pada Covid-19, virus tersebut mulanya berasal dari kelelawar yang ditularkan ke manusia.

"Khusus untuk virus mulut dan kuku, virus ini memang adanya hanya di hewan berkuku dua," tegasnya.

Kendati demikian, Budi mengingatkan bahwa penyakit mulut dan kuku ini sangat menular antar hewan ternak.

Baca juga: Lebih dari 1.200 Ternak di Jatim Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku, Kementan Pertimbangkan Lockdown

Masalah kesehatan hewan

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penyakit mulut dan kuku merupakan masalah kesehatan hewan, bukan manusia.

Dilansir dari Antara, penyakit ini berbeda dengan dengan penyakit tangan kaki dan mulut (Hand Foot Mouth Disease) yang menyerang anak dan bayi.

"Keduanya tidak berhubungan sama sekali, dua penyakit berbeda, penyebabnya juga virus yang berbeda," tuturnya,

Lebih lanjut, Prof Tjandra menjelaskan bahwa penyakit tangan, kaki dan mulut pada anak dan bayi disebabkan oleh enterovirus 71/

Sementara penyakit mulut dan kuku pada hewan disebabkan Aphthovirus, yang merupakan bagian dari Picornaviridae dengan tujuh strain, yakni A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3, dan Asia1.

Baca juga: Muncul Lagi di Gunungkidul, Apa Itu Antraks?

Update penyakit mulut dan kuku

Dikutip dari Kompas.com (9/5/2022), 729 sapi terjangkit penyakit mulut dan kuku di Gresik, Jawa Timur. Bahkan 13 di antaranya dilaporkan mati.

Kepala Dinas Pertanian Gresik, Eko Anindito Putro mengungkapkan bahwa angka tersebut bisa saja terus bertambah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan pengecekan terhadap sapi milik warga sebagai bentuk antisipasi.

"Sampai saat ini, dari total populasi sapi di kandang yang telah diidentifikasi sebanyak 959 ekor. Dengan yang terindikasi sakit (PMK), ada sebanyak 729 ekor sapi," ujar Eko.

Dari total indikasi tersebut 26 ekor sapi ternak milik warga terpaksa dipotong paksa. Adapun yang dinyatakan sembuh berkisar antara 10 ekor sapi.

Baca juga: 764 Ekor Sapi, 684 Kambing, dan 3.021 Peternak Terdampak Erupsi Semeru

Kasus pertama muncul di Gresik

Sebagaimana diberitakan Kompas.com (8/5/2022), Kepala Dinas Peternakan Jatim Indyah Aryani mengungkapkan, wabah ini pertama kali dilaporkan di Gresik, Kamis (28/4/2022).

Saat itu, dilaporkan adanya kasus penyakit mulut dan kuku yang menyerang ternak warga di 22 desa dalam 5 kecamatan dengan total kasus 402.

Beberapa hari berikutnya, warga di Lamongan dan Sidoarjo melaporkan adanya kasus serupa, tepatnya pada 1 Mei 2022.

Total kasus penyakit mulut dan kuku ini menyerang 102 sapi potong di 6 desa dalam tiga kecamatan di Lamongan.

Sementara di Sidoarjo, 595 sapi potong, perah, dan kerbau di 14 desa dalam 11 kecamatan dilaporkan terjangkit penyakit yang sama.

Kota selanjutnya yang melaporkan temuan kasus yang sama adalah Mojokerto. Wabah penyakit mulut dan kuku ini menyerang 148 sapi potong di 19 desa dalam 9 kecamatan, pada 3 Mei 2022.

Menundaklanjuti temuan kasus penyakit mulut dan kuku ini, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Nasrullah mengatakan, pihaknya akan melakukan lockdown zona wabah sembari berkoordinasi dengan pemerintah untuk upaya pencegahan dan tracing.

Tracking kasus dilakukan melalui dua Laboratorium utama, yakni Balai Besar Veteriner Wates dan Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur.

"Saat ini kami koordinasi dengan Pemda Jawa Timur untuk melakukan lockdown zona wabah," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com