KOMPAS.com - Earth Hour yang diperingati tiap tahun adalah upaya menjaga lingkungan dan mengatasi dampak perubahan iklim di dunia.
Sudah lebih dari 190 negara yang mengikuti gerakan ini untuk menigkatkan kesadaran akan permasalahan demi kepentingan manusia dan planet bumi.
Dilansir dari WWF.id, gerakan global ini mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintah di seluruh dunia untuk berkontribusi terhadap upaya penanggulangan iklim.
Nantinya, ketika hari Earth Hour diperingati termasuk pada Earth Hour 2022 ini, secara simbolis orang-orang akan melakukan aksi mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tak digunakan selama sejam atau 60 menit.
Aksi ini diperingati pada Sabtu terakhir di bulan Maret setiap tahunnya pukul 20.30 hingga 21.30.
Baca juga: Gerakan Mematikan Lampu Selama Satu Jam, Catat Tanggal Earth Hour 2022
Pada 2007, Earth Hour pertama kali dilakukan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) di Sydney, Australia.
Pada waktu itu, acara tersebut dilakukan secara simbolis dengan mematkan lampu untuk meningkatakan kesadaran akan perubahan iklim.
Dilansir dari Ipra, Direktur Eksekutif Earth Hour Global WWF Andy Ridley kala itu menyebut gerakan ini lahir dari rasa frustasi.
Sekitar 2004, data perubahan iklim yang serius mulai muncul kepermukaan, namun Andy dan tim tidak dapat melakukan sesuatu yang dapat menarik perhatian untuk masalah tersebut.
Kemudian, mereka mencari cara untuk mengingatkan orang tentang perubahan iklim dengan cara yang sederhana dan dapat dilakukan di seluruh dunia.
"Yang penting, kami ingin memulai sesuatu yang tidak berfokus pada keputusasaan masyarakat pada masalah perubahan iklim jangka panjang yang dihadapi umat manusia. Kami menginginkan sesuatu yang benar-benar positif," ujar Andy.
Baca juga: Malam Ini Earth Hour, Matikan Lampu Selama Satu Jam, Begini Sejarahnya
Proyek ini bermulai dari sebuah pertemuan antara tim Andy di WWF dengan agen periklanan global Leo Burnet.
Dari pertemuan tersebut muncuk ide konsep dengan mengeksplorasi pendekatan untuk mengurangi konsumsi daya yang dapat menangkap imajinasi dari banyak orang.
Konsep tersebut disambut baik oleh semua orang. Kemudian, Editor Eksekuti Grup Fairfax Phil McLean juga mendukung konsep tersebut dan memberi kesempatan untuk melakukan presentasi.
Setelah melakukan presentasi dengan dewan Fairtax, akhirnya Fairfax setuju untuk mendukung konsep tersebut.
Kampanye konsep tersebut pada awalnya dilakukan berbulan-bulan sebelum acara Earth Hour pertama dilakukan.
Sementara itu, Wali Kota Sydney Lord Clover Moore juga mengindikasikan dirinya mendukung acara tersebut.
Baca juga: Nyeri Payudara Menjelang Haid, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Pada 2007, kota Sydney melakukan upaya yang sangat istimewa untuk membuat Earth Hour sukses dilakukan.
Di sekitar kota, banyak orang dan kelompok yang terlibat dan berpartisipasi dalam acara ini.
Ketika perayaan berlangsung, terdapat sekolompok orang yang melakukan senam yoga dan pernikahan dengan penerangan cahaya lilin.
Total 2,2 juta orang berpartisipasi atau 56 persen dari populasi Sydney, ini melampaui ekspetasi yang semula ditargetkan hanya berkisar 20.000-30.000 partisipan.
"Salah satu alasan Earth Hour begitu sukses adalah karena siapa pun dapat mengambil bagian dan ini adalah kebijakan mandiri. Kami ingin ini tentang harapan, bukan keputusasaan, dan untuk inisiatif mengadakan pesta jalanan daripada protes jalanan," jelas Andi.
Pada 2008, atau tahun kedua dari Earth Hour, telah diikuti oleh partisipan global yang mencapai hingga 100 juta orang di seluruh dunia.
Mereka mematikan lampu selama satu jam, kejadian ini merupakan pemadaman listrik secara sukarela terbesar sepanjang sejarah.
Saat itu, Earth Hour di rayakan di lebih 370 kota, lebih dari 35 negara di tujuh benua, dan lebih dari 18 zona waktu yang berbeda.
Dilansir dari Earthhour, pada 2022, Earth Hour kembali diadakan untuk menyatukan jutaan orang diseluruh dunia dengan menunjukkan aksi solidaritasnya.
Direktur Jenderal WWF Internasional Marco Lambertini mengatakan bahwa 2022 menjadi tahun yang kritis bagi planet bumi.
Selain itu, di tahun ini juga dunia akan bersatu menyepakati perjanjian Paris-style agreement for nature yang akan mengembalikan alam yang hilang pada 2030.
“Kami juga tahu bahwa untuk membangun masa depan yang selaras dengan alam, kami juga membutuhkan kedamaian di antara manusia," kata Lambertini.
Selain itu, Earth Hour juga menawarkan momen solidaritas dengan semua orang yang menderita akibat perang dan konflik di seluruh dunia.
Pada Earth Hour 2022, lebih dari 190 negara dan wilayah diharapkan berpartisipasi untuk mengkampanyekan kegiatan Earth Hour pada tanggal 26 Maret.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.