Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Greg Teguh Santoso
Versatilist dan Auditor Sistem Manajemen

Sedang menyelesaikan studi S3 di Taiwan sembari menjadi pengajar di beberapa universitas.  Seorang versatilist yang gemar bertualang di dunia maya dan berkolaborasi di dunia nyata, membaca, mengajar, dan menulis. Mari mampir, tegur-sapa di versatilistmilenial2020@gmail.com.

Happy Crazy, Indeks Kebahagiaan Dunia, dan Digital Happiness

Kompas.com - 26/03/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Plato puts on Socrates' lips the following words: "I maintain that he who is good and upright, whether man or woman, is happy and that he who is wicked and unjust is unhappy, knowledge (wisdom) leads to virtue and virtue leads to happiness’’

BARANGKALI suatu ironi, tatkala tanggal 20 Maret 2022 kita di seantero bumi memperingati Hari Kebahagiaan Internasional yang telah ditetapkan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) sejak tahun 2013 lalu, sedang dunia tengah dicekam berkecamuknya perang Rusia lawan Ukraina yang berpotensi menjadi Perang Dunia ke-3 bila pihak Amerika Serikat dan sekutunya terlibat.

Nyaris bersamaan dengan hal itu, dirilislah World Happiness Report 2022 yang menampilkan daftar negara paling bahagia dan paling tidak bahagia di dunia.

Berdasarkan laporan tersebut, ternyata Afghanistan dinobatkan menjadi negara paling tidak bahagia di dunia (bukan Ukraina).

World Happiness Report adalah laporan yang dikeluarkan oleh Sustainable Development Solutions Network untuk PBB. Dari 146 negara yang dipantau, Afghanistan menempati urutan terbawah.

Sementara negara paling bahagia lagi-lagi jatuh kepada Finlandia seperti beberapa tahun terakhir, negara-negara Skandinavia mendominasi jajaran teratas negara-negara paling bahagia di dunia.

World Happiness Report memeringkatkan seluruh negara di dunia berdasarkan variabel/indikator yang dinilai menjadi faktor tumbuhnya kebahagiaan: mulai dari pendapatan (GDP), kebebasan, kepercayaan, harapan hidup sehat, dukungan sosial, hingga kemurahan hati.

Berdasarkan World Happiness Report 2022, Indonesia rupanya menempati urutan ke 87 dalam daftar negara paling bahagia di dunia, hanya unggul dari sejumlah negara ASEAN lain, yakni Laos di urutan ke-95 dan Kamboja yang ada di posisi ke-114.

Selebihnya, negara-negara ASEAN lain memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih baik.

Adakah hal ini valid dan menggambarkan realitas sesungguhnya?

Banyak hal bisa diperdebatkan baik secara metodologis maupun teknis pengumpulan datanya walau menggunakan big data analytics sekalipun.

Adalah Bhutan negara yang secara terus-terang tidak sependapat dengan laporan ini. Di tahun 2013 itu, Tshering Tobgay selaku perdana menteri Bhutan menandaskan bahwa bagi negerinya, Gross Domestic Happiness (GDH) adalah lebih penting dan bermakna tinimbang Gross Domestic Product (GDP) yang menjadi salah satu indikator pengukur indeks kebahagiaan dunia dalam laporan tersebut.

Pada titik ini, Bhutan secara tidak langsung menyatakan bahwa kebahagiaan tidaklah selalu identik dengan gemerlapnya kehidupan dan pesatnya kemajuan teknologi yang makin mendominasi hidup keseharian kita.

Sebagaimana kemudian ditandaskan oleh ilmuwan Amerika Latin Edgar Cabanas dan Eva Illous dari Israel (2019), saat ini kebahagiaan mampu diwujudkan melalui implementasi sain dan menjadikannya suatu komoditas industri yang mengendalikan hidup kita.

Bahkan kedua ilmuwan ini memperingatkan publik bahwa kita tengah menghadapi bentuk baru manipulasi masyarakat dan orang per orang menggunakan apa yang paling mereka sayangi dan apa yang paling mereka cari: kebahagiaan. Inilah yang disebut sebagai happy crazy.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com