Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Resimen Azov, Kelompok Milisi Ukraina yang Diperangi Rusia

Kompas.com - 05/03/2022, 18:00 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Resimen Azov melakukan Pogrom, yaitu pembantaian terorganisir terhadap komunitas Roma dan menyerang anggota komunitas LGBTQ.

"Ukraina adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki formasi neo-Nazi dalam angkatan bersenjatanya," tulis seorang koresponden untuk majalah yang berbasis di AS, Nation, pada 2019.

Baca juga: Perbandingan Kekuatan Militer Rusia Vs Ukraina: Tentara hingga Tank

Pelanggaran HAM dan kejahatan perang

Sebuah laporan pada 2016 oleh Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB (OCHA) menuduh resimen Azov melanggar hukum humaniter internasional.

Laporan tersebut merinci insiden selama periode dari November 2015-Februari 2016, di mana Azov telah menempatkan senjata dan pasukan mereka di bangunan bekas sipil, dan penduduk yang mengungsi setelah menjarah properti sipil.

Laporan itu juga menuduh batalyon tersebut memperkosa dan menyiksa para tahanan di wilayah Donbass.

Baca juga: Spesifikasi Helikopter Mi-24 Rusia yang Videonya Viral Ditembak Tentara Ukraina

Kata dunia soal resimen Azov

Pada Juni 2015, Kanada dan Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa pasukan mereka sendiri tidak akan mendukung atau melatih resimen Azov, dengan alasan koneksinya ke ideologi neo-Nazi.

Namun, tahun berikutnya, AS mencabut larangan tersebut di bawah tekanan dari Pentagon.

Pada Oktober 2019, 40 anggota Kongres AS yang dipimpin oleh Perwakilan Max Rose menandatangani surat yang gagal menyerukan Departemen Luar Negeri AS untuk menunjuk Azov sebagai "organisasi teroris asing" (FTO).

Beberapa waktu lalu, Legislator AS lainnya, Elissa Slotkin, mengulangi permintaan, yang termasuk kelompok supremasi kulit putih lainnya, kepada pemerintahan Biden.

Dukungan transnasional untuk resimen Azov telah luas, dan Ukraina telah muncul sebagai pusat baru untuk sayap kanan di seluruh dunia.

Baca juga: Melihat Kecanggihan Bayraktar TB2, Drone Turki yang Ampuh Lawan Rusia di Ukraina

Gerakan di Facebook

Pada 2016, Facebook pertama kali menetapkan resimen Azov sebagai "organisasi berbahaya".

Di bawah kebijakan Perusahaan dan Individu Berbahaya, Azov dilarang dari platformnya pada 2019.

Resimen Azov ditempatkan di bawah penunjukan Tingkat 1 Facebook, yang mencakup grup, seperti Ku Klux Klan dan ISIS. Pengguna yang termasuk representasi grup Tingkat 1 akan dilarang.

Namun, pada 24 Februari, hari ketika Rusia melancarkan invasi, Facebook membatalkan larangannya, dengan mengatakan akan memberikan pujian untuk Azov.

"Untuk saat ini, kami membuat pengecualian sempit untuk memuji resimen Azov secara ketat dalam konteks membela Ukraina, atau dalam peran mereka sebagai bagian dari Garda Nasional Ukraina," kata juru bicara dari perusahaan induk Facebook, Meta, kepada Business Insider.

"Tetapi kami terus melarang semua ujaran kebencian, simbolisme kebencian, pujian kekerasan, pujian umum, dukungan, atau representasi resimen Azov, dan konten lain apa pun yang melanggar standar komunitas kami," tambahnya.

Baca juga: Saat Pengguna Harian Facebook Menurun Setelah Kepopuleran TikTok...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Tren
Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Tren
Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Tren
Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Tren
Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Tren
Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com