KOMPAS.com - Kasus Covid-19 varian Omicron terus bertambah seiring meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia.
Pada akhir Januari (31 Januari 2022), total ada 2.980 kasus varian Omicron di Indonesia menurut Satgas.
Kasus didominasi dari pelaku perjalanan luar negeri.
Gejalanya disebut ringan jika dibanding dengan varian lainnya.
Baca juga: Gejala Varian Omicron yang Dirasakan Setelah Bangun Tidur, Apa Saja?
Dilansir dari laman Kemenkes, 4 Februari 2022, gejala terinfeksi varian Omicron menurut Kementerian Kesehatan dibedakan menjadi 5, yaitu:
Asimtomatik adalah tidak ditemukan gejala klinis.
Adapun yang dimaksud gejala ringan, yaitu pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia, frekuensi napas 12-20 kali per menit dan saturasi oksigen lebih dari 95 persen.
Gejala umum yang muncul seperti:
Gejala tidak spesifik lainnya seperti:
Baca juga: Pria Singapura Diduga Positif Covid-19 Naik MRT, Picu Kontroversi
Adapun yang dimaksud gejala sedang yakni dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat tanpa tanda pneumonia berat, dengan saturasi oksigen 93 persen.
Gejala berat ditandai dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat, dan ditambah satu dari gejala berikut:
Adapun yang dimaksud kritis yaitu pasien dengan gejala gagal nafas, komplikasi infeksi, atau kegagalan multiorgan.
Baca juga: Apakah PCR Bisa Mendeteksi Varian Omicron?
Dalam penanganan varian Omicron, rumah sakit diprioritaskan untuk pasien dengan gejala sedang, berat, kritis, dan membutuhkan oksigen.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, varian Omicron memiliki karakteristik tingkat penularan yang sangat cepat jika dibandingkan dengan varian Alpha, Betha, dan Delta.
Namun jika dilihat dari gejala lebih ringan dan tingkat kesembuhan juga sangat tinggi.
Sehingga pasien positif Omicron tanpa gejala atau gejala ringan diimbau isolasi mandiri (isoman) di rumah.
Baca juga: Apakah Isolasi Mandiri Bisa Diakhiri Lebih Cepat dengan PCR?
Dia menjelaskan, bagi pasien isoman yang saturasinya di atas 95 persen tidak perlu khawatir.
Jika ada gejala seperti batuk, flu, demam diimbau segera konsultasi melalui telemedisin atau puskesmas setempat.
Terkait obat yang digunakan, dilansir dari Medical News Today, 1 Februari 2022, dalam penelitian terbaru menemukan bahwa sebagian besar perawatan antibodi kurang efektif melawan varian Omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Baca juga: Profil 3 Obat yang Diklaim Mampu Obati Covid-19, Apa Saja?
Hasil itu mendukung penelitian sebelumnya yang mencapai kesimpulan serupa.
Obat antivirus remdesivir dan molnupiravir mempertahankan keefektifannya terhadap varian Omicron, seperti halnya obat kandidat intravena (IV) yang sedang diuji coba oleh Pfizer.
Hasil penelitian ini muncul sebagai korespondensi dalam The New England Journal of Medicine.
Baca juga: Apakah PCR Bisa Mendeteksi Varian Omicron?