Maka saya lebih berupaya menghayati hikmah makna di balik kemelut pagebluk virus yang asyik menggerogoti saluran pernafasan manusia sejak awal tahun 2020.
Beberapa hikmah dapat disimpulkan dari pagebluk virus, yang namanya terus berganti-ganti itu, antara lain terbukti pencegahan tetap lebih bagus ketimbang pengobatan.
Pagebluk Corona membenarkan WHO bahwa paradigma pelayanan kesehatan planet bumi abad XXI lebih utama preventif dan promotif ketimbang kuratif.
Lebih bijak umat manusia menjaga kesehatan masing-masing agar tidak terkena penyakit yang belum terderita ketimbang sibuk menyembuhkan penyakit yang sudah terlanjur terderita.
Maka menggunakan masker, menghindari kerumunan, jaga jarak sosial, menjaga kesehatan dengan jamu, vitamin, vaksin dan gaya hidup sak madyo sambil tetap menunaikan jihad al nafs menaklukkan hawa nafsu diri sendiri dengan pedoman kearifan ojo dumeh .
Pedoman kearifan ojo dumeh menjadi utama demi eling lan waspodo, jangan sampai ada insan manusia termasuk Jo Biden, Xi Yinping, Vladimir Putin, Angela Merkel, Boris Johnson, Fumio Khisida, Lee Hsien Loong, Joko Widodo serta Anda, apalagi saya, dumeh alias terkebur.
Merasa diri mampu menaklukkan pagebluk Corona, Covid-19, Delta, Omnicorn atau entah apa pun namanya.
Mulai dari termiskin sampai terkaya, presiden sampai ke rakyat jelata semua sama saja potensial dimangsa oleh virus Corona.
Pada hakikatnya pagebluk, entah apa pun namanya, menyadarkan segenap insan manusia bahwa di atas langit masih ada langit.
Maka di atas kekuasaan manusia yang merasa paling berkuasa, masih ada kekuasaan yang lebih berkuasa, yaitu kekuasaan Yang Maha Kuasa. Amin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.