Meski demikian para ahli mencatat bahwa AY 4.2 saat ini belum menjadi strain dominan di negara-negar di mana AY 4.2 ditemukan.
Kepala Divisi Ilmu Patologi di Sidra Medicine Dr Patrick Tang mengingatkan bahwa penyebaran varian bisa disebabkan banyak faktor seperti langkah-langkah terkait kesehatan masyarakat.
“Perubahan kecil pada virus hampir tidak pernah menyebabkan peningkatan penularan. Peningkatan penularan benar-benar merupakan indikasi respons kesehatan masyarakat atau kepatuhan terhadap langkah-langkah kesehatan masyarakat," kata Patrick dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu, Dr Roselyn Lemus-Martin, Ahli Biologi Molekuler dari Universitas Oxford mengatakan tidak jelas apakah penyebaran di Inggris disebabkan oleh alasan biologis atau terkait dengan kondisi epidemiologis di Inggris.
Hal ini karena di Inggris saat ini peraturan sangat longgar di sana.
“Di Inggris, langkah-langkah melawan COVID-19 saat ini sangat longgar, praktis mereka tidak mengikutinya lagi, dan kami tidak tahu apakah itu mungkin menjadi alasan penyebarannya,” tambahnya.
Baca juga: Malaysia Laporkan 2 Kasus Corona Delta Plus, Apa Itu? Lebih Bahaya dari Delta?
Menkes Budi menyampaikan bahwa Indonesia akan meningkatkan kewaspadaan terhadap varian AY 4.2.
Sehingga, pemerintah tetap menjaga daerah perbatasan dan pintu masuk internasional.
Terlebih, saat ini banyak orang Indonesia pulang pergi dari Malaysia baik melalui jalur darat, laut dan udara.
"Ini nanti kita tingkatkan penjagaannya agar kita bisa menahan potensi masuknya varian baru ini ke Indonesia," tegas Budi.
Baca juga: Kemenkes Sebut Varian Delta Virus Corona Terdeteksi Paling Banyak di DKI Jakarta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.