Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Varian Corona AY 4.2 yang Sudah Menyebar di Malaysia

Kompas.com - 09/11/2021, 13:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa saat ini varian virus corona AY.4.2 atau Delta Plus telah sampai di Malaysia.

Dikutip dari BBC (22/10/2021), varian Delta Plus dapat menyebar lebih mudah dibandingkan varian Delta.

Meskipun demikian, belum ada bukti bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih buruk, dan ilmuwan yakin vaksin masih dapat bekerja dengan baik untuk memberikan perlindungan.

Budi juga mengatakan, sampai saat ini varian AY.4.2 atau delta plus belum terdeteksi di Indonesia.

"Varian AY.4.2 sudah sampai di Malaysia, tapi belum atau tidak terdeteksi di Indonesia sampai sekarang," ujar Budi dikutip dari Kompas.com, Senin (8/11/2021).

Budi menyebut saat ini telah dilakukan genome sequencing dengan jumlah antara 1.500 sampai 1.800 tes per bulan.

Baca juga: Luhut Sebut Varian Delta Plus 15 Persen Lebih Ganas daripada Varian Delta

Mengenal varian AY.4.2

Mengutip dari Aljazeera, varian AY 4.2 adalah sub varian dari varian Delta virus yang diketahui sangat menular dari virus corona awal.

Virus ini telah terdeteksi di banyak negara dan diperkirakan menjadi penyebab banyaknya kasus di Inggris.

Para peneliti telah menemukan tiga mutasi termasuk dua di antaranya pada protein lonjakan pada virus ini yang memungkinkan virus untuk mengikat dan menyerang sel-sel tubuh.

Strain baru tersebut ditemukan di setidaknya 42 negara termasuk di antaranya Inggris, India, Israel, Amerika Serikat dan Rusia.

Varian AY 4.2 dikenal pula dengan sebutan “Delta Plus” yang menggambarkan perubahan pada virus ini membuatnya lebih unggul terkait kelangsungan hidupnya.

Baca juga: Menkes: Varian Delta Plus Sudah Sampai Malaysia, tapi Belum Terdeteksi di Indonesia

 

Proses penyebaran varian delta plus

Meski demikian para ahli mencatat bahwa AY 4.2 saat ini belum menjadi strain dominan di negara-negar di mana AY 4.2 ditemukan.

Kepala Divisi Ilmu Patologi di Sidra Medicine Dr Patrick Tang mengingatkan bahwa penyebaran varian bisa disebabkan banyak faktor seperti langkah-langkah terkait kesehatan masyarakat.

“Perubahan kecil pada virus hampir tidak pernah menyebabkan peningkatan penularan. Peningkatan penularan benar-benar merupakan indikasi respons kesehatan masyarakat atau kepatuhan terhadap langkah-langkah kesehatan masyarakat," kata Patrick dikutip dari Al Jazeera.

Sementara itu, Dr Roselyn Lemus-Martin, Ahli Biologi Molekuler dari Universitas Oxford mengatakan tidak jelas apakah penyebaran di Inggris disebabkan oleh alasan biologis atau terkait dengan kondisi epidemiologis di Inggris.

Hal ini karena di Inggris saat ini peraturan sangat longgar di sana.

“Di Inggris, langkah-langkah melawan COVID-19 saat ini sangat longgar, praktis mereka tidak mengikutinya lagi, dan kami tidak tahu apakah itu mungkin menjadi alasan penyebarannya,” tambahnya.

Baca juga: Malaysia Laporkan 2 Kasus Corona Delta Plus, Apa Itu? Lebih Bahaya dari Delta?

Indonesia akan tingkatkan kewaspadaan

Menkes Budi menyampaikan bahwa Indonesia akan meningkatkan kewaspadaan terhadap varian AY 4.2.

Sehingga, pemerintah tetap menjaga daerah perbatasan dan pintu masuk internasional.

Terlebih, saat ini banyak orang Indonesia pulang pergi dari Malaysia baik melalui jalur darat, laut dan udara.

"Ini nanti kita tingkatkan penjagaannya agar kita bisa menahan potensi masuknya varian baru ini ke Indonesia," tegas Budi.

Baca juga: Kemenkes Sebut Varian Delta Virus Corona Terdeteksi Paling Banyak di DKI Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com