Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amati Burung, Peneliti Swedia Ungkap Efek Perubahan Iklim

Kompas.com - 07/11/2021, 19:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengamati burung beserta perilakunya ternyata dapat memberi petunjuk bagi ilmuwan untuk memahami dampak terjadinya perubahan iklim.

Melansir AFP, Sabtu (6/11/2021), pengamatan burung itu salah satunya dilakukan oleh para peneliti dari Abisko Research Station yang bertempat di sisi utara Swedia.

Para peneliti menangkap, menimbang, dan mengukur burung, serta melacak pola migrasi mereka saat musim dingin, untuk melihat dampak perubahan iklim dan perubahan pola cuaca terhadap pergerakan burung-burung di kawasan tersebut.

Baca juga: Studi: Perubahan Iklim Ternyata Berdampak pada Berubahnya Warna Bunga

Pola migrasi burung berubah

Salah seorang peneliti Abisko Research Station, Keith Larson, mengatakan, hasil pengamatan terhadap burung-burung itu mengungkap dampak perubahan iklim.

Ia menyebutkan, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh para peneliti, diketahui bahwa burung-burung bermigrasi lebih awal dibanding 30 tahun yang lalu.

"Mereka tiba lebih awal di musim semi daripada yang mereka lakukan, katakanlah tiga dekade lalu," ujar Larson.

Untuk diketahui, pola umum migrasi burung di belahan Bumi utara adalah terbang ke utara di musim semi untuk berkembang biak di musim panas beriklim sedang.

Mereka kembali bermigrasi ketika musim gugur tiba untuk menuju ke daerah yang lebih hangat di selatan.

Larson dan rekan-rekannya mengukur bobot, bentang sayap, serta mencatat usia dan jenis kelamin burung yang mereka tangkap di kawasan sebelah atas Arctic Circle.

Para peneliti itu juga memasang cincin pada kaki burung-burung tersebut untuk melacak pergerakan mereka.

Baca juga: Riset: Cuaca Ekstrem, Perubahan Iklim dan Badai yang Semakin Kuat

Pemanasan global dan perilaku burung

Perubahan pola migrasi burung yang terindikasi akibat perubahan iklim telah menjadi subjek penelitian penting bagi para ornitologis selama beberapa tahun belakangan ini.

Melansir NBC News, 22 Februari 2020, perubahan pola migrasi ini salah satunya teramati pada burung warbler biru leher hitam yang memiliki nama Latin Setophaga caerulescens.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal The Auk: Ornithological Advances pada 2020, pola migrasi burung penyanyi mungil ini perlahan tapi pasti mengalami perubahan dalam 50 tahun terakhir.

Waktu migrasi burung tersebut semakin maju dengan migrasi musim semi terjadi sekitar satu hari lebih awal per dekade.

Andrew Farnsworth, peneliti di Cornell Lab of Ornithology, mengatakan, burung merupakan satwa yang peka terhadap perubahan lingkungan.

"Burung sangat rentan terhadap perubahan, dan mereka adalah indikator yang sangat baik tentang apa yang terjadi di sekitar mereka di lingkungan fisik mereka," kata Farnsworth.

Hal ini membuat burung menjadi bagian yang sangat penting dalam memahami dampak perubahan iklim yang semakin meningkat.

Ukuran burung menyusut

Kristen Covino, asisten profesor biologi di Loyola Marymount University di Los Angeles, dan penulis utama studi warbler, mengatakan, temuan tersebut telah diterima dalam komunitas ornitologi sebagai contoh lain dari efek pemanasan global.

“Itu konsensus umum. Pada beberapa spesies, perubahan yang terjadi dalam waktu migrasi bertepatan dengan perubahan kondisi lingkungan,” ujar Covino.

Sementara itu, beberapa penelitian lain telah mengungkap hubungan langsung antara burung dan perubahan iklim.

Dalam sebuah studi terpisah yang diterbitkan pada Desember 2019, para ilmuwan menemukan bahwa ukuran burung semakin menyusut, bersamaan dengan suhu planet yang semakin menghangat.

Pada awal 2019, para peneliti menemukan penurunan dramatis dalam populasi burung di Amerika Serikat dan Kanada sejak 1970, dan memasukkan perubahan iklim di antara penyebab penurunan yang mengejutkan itu.

Secara terpisah, National Audubon Society menemukan bahwa dua pertiga burung Amerika Utara menghadapi risiko kepunahan akibat pemanasan global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com