Dicky mengatakan, faktor ketiga yang turut berperan menurunkan kasus positif Covid-19 di Indonesia adalah kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Adanya strategi PPKM Darurat yang dilakukan itu berdampak (pada penurunan), dan dilanjut dengan dijaga dengan PPKM bertingkat, itu berdampak," ujar Dicky.
Faktor lain yang tidak kalah penting, menurut Dicky, adalah kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan virus corona, seperti memakai masker.
"Pada saat masa puncak sampai sekarang, relatif di kota-kota besar patuh dalam masker itu juga berdampak," kata Dicky.
Menurut Dicky, ada sejumlah catatan yang perlu diperhatikan agar capaian baik ini dapat terus dipertahankan.
Ia mengatakan, hal pertama yang harus terus dilakukan adalah menggenjot cakupan vaksinasi Covid-19.
"Bahkan harus lebih (merata) distribusinya. Karena ini (vaksinasi) masih banyak di aglomerasi, di dalam Jawa," kata Dicky.
"Nah ini PR untuk daerah luar Jawa, kelompok rawan dan berisiko, seperti lansia, komorbid, dan pekerjaan, itu harus menjadi prioritas," ujar dia.
Penurunan kasus ini juga sebaiknya tidak membuat pemerintah lengah dalam mengawasi PPKM bertingkat.
"Terus menjaga leveling PPKM ini dengan, tentu bukan di level 3-4, tapi di level 1 dan ini harus diliterasikan pada semua stakeholder bahwa PPKM ini adalah penjaga gawang, penjaga agar situasi tetap terkendali," jelas Dicky.
Dicky juga meminta pemerintah untuk terus meningkatkan kapasitas 3T (test, trace, and treat).
"Walaupun dikatakan sudah memenuhi standar, tapi itu standar minimal. Bukan standar yang adekuat. Standar adekuat itu bukan 1 orang dites per 1.000, tapi 4 plus," ujar dia.
"Kemudian testing tracing-nya itu juga harus sesuai eskalasi pandeminya. Nah ini yang belum, banyak daerah yang belum. Bahkan Jakarta pun masih tergolong harus ditingkatkan," kata Dicky.
Menurut Dicky, strategi 3T adalah pondasi untuk mengetahui indikator absolut pengendalian pandemi, seperti test positivity rate dan angka reproduksi efektif Covid-19.
Ia mengatakan, jika pondasi tersebut dibangun dengan valid, maka data indikator yang diperoleh juga akan valid.
"Nah ini yang sayangnya di mayoritas daerah kita belum. Sehingga ya suatu waktu bisa rapuh dan bobol," kata Dicky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.