Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Epidemiolog soal Penurunan Kasus Covid-19 di Indonesia

Kompas.com - 23/10/2021, 19:45 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus mengalami penurunan sejak puncak lonjakan kasus yang terjadi pada gelombang kedua penularan virus corona.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (22/10/2021), Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, penurunan kasus positif telah berlangsung selama 13 pekan berturut-turut.

"Kasus positif telah mengalami penurunan selama 13 minggu berturut-turut sejak lonjakan kedua. Lalu kasus positif mingguan per 17 Oktober 2021 sejumlah 6.826 kasus," kata Wiku.

Menurut Wiku, jumlah kasus positif saat ini menurun drastis dibandingkan jumlah kasus saat lonjakan kedua yaitu 350.273 kasus.

"Sementara itu, positifitvity rate juga turun drastis mencapai 0,56 persen setelah sempat mencapai 26,76 persen pada puncak kedua," ujar Wiku.

Baca juga: Imbauan agar Tetap Waspada meski Kasus Covid-19 Menurun di Mana-mana...

Faktor apa yang menyebabkan penurunan kasus Covid-19?

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, peningkatan dan penurunan kasus Covid-19 selalu bersifat multi-faktor atau tidak ada faktor tunggal.

"Kecuali ketika kenaikan atau penurunan itu drastis, ekstrem. Berarti ada faktor yang dominan, seperti misalnya kenaikan ketika (varian) Delta hadir di banyak negara," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/10/2021).

Menurut Dicky, penurunan kasus positif Covid-19 yang terjadi di Indonesia saat ini belum tergolong drastis, tetapi memang ada faktor dominan yang mendorong terjadinya penurunan.

Analisis epidemiolog

1. Sebagian penduduk memiliki kekebalan

Ia mengatakan, faktor pertama yang mendorong terjadinya penurunan adalah data dari International Health Metrics yang menyatakan hampir 30 persen dari total penduduk Indonesia sudah terinfeksi sejak awal pandemi.

Sementara, pada puncak gelombang kedua yang terjadi pertengahan tahun ini, diperkirakan ada sekitar 10-15 persen penduduk yang memperoleh kekebalan setelah terinfeksi Covid-19.

"Kekebalan yang diraih dari para penyintas ini akan bertahan setidaknya 3 bulan, rata-rata 2-3 bulan," kata Dicky.

"Dan itu mereka menjadi barrier (benteng). Bukan berarti mereka berkontribusi pada herd immunity, karena ini (kekebalan) kan sementara," ujar dia.

2. Dampak vaksinasi

Faktor kedua, menurut Dicky, dampak dari cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

Ia mengatakan, meski pada puncak kedua cakupan vaksinasi masih berada di kisaran 20 persen, namun cakupan tersebut cukup berperan dalam mencegah meluasnya penularan.

"Betul orang yang sudah divaksinasi masih bisa menularkan, tapi tidak seaktif atau seefisien orang yang enggak divaksinasi," jelas Dicky.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com