Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Deteksi 14 Titik Panas di Indonesia, Ini yang Harus Diwaspadai

Kompas.com - 10/09/2021, 16:58 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya 14 titik panas di Indonesia pada 10 September 2021.

Melalui sebuah twit, akun Twitter resmi @InfoHumasBMKG, memberikan informasi terkait sebaran 14 titik panas tersebut.

Berikut rincian 14 titik panas tersebut:

  • Jawa Barat: 1 titik panas
  • Jawa Tengah: 3 titik panas
  • Jawa Timur: 1 titik panas
  • Kalimantan Barat: 1 titik panas
  • Nusa Tenggara Barat: 4 titik panas
  • Nusa Tenggara Timur: 3 titik panas
  • Kepulauan Bangka Belitung: 1 titik panas.

Pada twit selanjutnya, BMKG juga membeberkan akumulasi titik panas di Indonesia dalam 10 hari terakhir.

Hasilnya, wilayah dengan jumlah titik panas terbanyak adalah Kalimantan Barat (41), Nusa Tenggara Timur (41), dan Nusa Tenggara Barat (39).

Baca juga: Dampak Suhu Panas di Kanada: Ratusan Orang Meninggal, Kebakaran, dan Jendela Meleleh

Baca juga: TNI Kirim Bantuan, Bagaimana Kondisi Terkini Kebakaran Hutan di Australia?

Waspada

Sub Koordinator Hubungan Pers dan Media BMKG, Dwi Rini Endra Sari mengatakan, informasi titik panas di suatu lokasi merupakan ambang kondisi suhu di permukaan yang perlu diwaspadai.

Titik panas ini, kata dia, disebut juga tingkat kepercayaan.

Artinya, di lokasi tersebut berpotensi mengalami kebakaran hutan dan lahan dilihat dari kondisi suhu permukaan.

Akan tetapi, informasi titik panas ini tidak bisa otomatis diartikan di lokasi yang dimaksud akan atau sedang terjadi kebakaran hutan dan lahan.

"Kan ada beberapa wilayah Indonesia sedang puncak musim kemarau. Nah kalau musim kemarau itu kan berarti ada kemungkinan adanya kebakaran hutan dan lahan," kata Dwi, saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (10/9/2021).

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Hari Tanpa Hujan dan Wilayah yang Mengalaminya

Ia menjelaskan, satelit dapat menangkap sebaran dan tingkat titik panas diukur dari kelembaban dan suhu udara.

Permukaan dengan kelembaban rendah dan tidak ada hujan akan meningkatkan potensi terbentuknya hotspot (suhu udara permukaan yang tinggi di atas threshold).

Semakin tinggi tingkat kepercayaan titik panas menunjukkan bahwa potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan semakin besar.

"Saran dari BMKG untuk pemda, harus mewaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan dengan cara mengupdate informasi BMKG salah satunya melihat titik panas atau hotspotnya," ujar dia.

"Kemudian masyarakat dan pihak-pihak lain agar tidak membakar gambut karena akan semakin memicu kebaaran hutan dan lahan," kata Dwi.

Baca juga: Awan Pyrocumulus Terlihat di Atas Kebakaran Hutan Australia, Ini Penjelasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com