Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Memaknai Kibaran Bendera Putih di Tengah Pandemi di Indonesia

Kompas.com - 02/08/2021, 06:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

 

Pengibaran bendera putih hanya penyampaian bentuk aspirasi agar pemerintah mau memikirkan nasib para pekerja yang bergerak di bidang pariwisata (Kompas.com, 26 Juli 2021).

Baca juga: Pengusaha PO Bus di Salatiga Kibarkan Bendera Putih dan Aksi Lempar Kunci

Di Garut, Jawa Barat, puluhan pengusaha hotel dan rumah makan juga serempak mengibarkan bendera putih sebagai tanda mereka menyerah terhadap ketidakmampuan membayar gaji para karyawannya.

Semenjak aturan PPKM diberlakukan atau bahkan sejak pandemi Covid terjadi, geliat pariwisata di Garut sangat terimbas dengan aturan pengetatan wilayah.

Pemerintah daerah yang mendapat keluhan dari kalangan pengusaha hotel dan restoran (PHRI) justru tidak memberikan solusi atas kesulitan para pelaku usaha pariwisata (Kompas.com, 20/07/2021).

Memahami bendera putih

Fenomena “pengibaran bendera putih” di berbagai daerah di masa pandemi ini, harusnya dipahami sebagai negasi “pertanyaan” sejauh mana kebijakan pemerintah – baik pusat atau daerah – terhadap penangangan Covid-19.

Apakah penyaluran bantuan sosial telah tepat sasaran tanpa disunat oleh oknum yang berwenang menyalurkannya?

Apakah paket sembako yang diperuntukkan bagi warga yang terdampak pandemi sudah sesuai dengan aturan tanpa dikurangi jumlah dan jenisnya?

Apakah insentif untuk tenaga kesehatan benar-benar telah terbayarkan?

Apakah pemerintah memikirkan kelangsungan usaha yang bagkrut karena pandemi?

Pengibaran bendera warna putih juga bisa dimaknai sebagai wujud kepasrahan diri dan ketidakberdayaan masyarakat kecil akan pengetatan aturan tanpa kompromi seperti PPKM.

Maraknya pengibaran bendera putih yang semakin masif sebaiknya dijadikan momentum bagi pemerintah untuk mawas diri terhadap kinerja semua aparatnya.

Bendera putih bukan wujud pembangkangan sosial tetapi sekadar meminta atensi. Bendera putih tidah harus ditanggapi dengan tindakan represif tetapi harusnya dimaknai sebagai revisi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak tepat guna dan tidak tepat sasaran.

Seperti yang dilansir sejumlah media, rencana aksi unjuk rasa buruh pada tanggal 5 Agustus 2021 mendatang yang diklaim Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) akan diikuti puluhan ribu buruh se-tanah air, direncanakan juga akan mengibarfkan bendera putih.

Bendera putih menjadi simbol perjuangan buruh yang menyerah atas masih adanya para buruh yan meninggal karena Covid dan masih adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) selama pandemi.

Tidak semua jajaran pemerintah alergi dengan pengibaran bendera putih. Langkah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemanparekraf) yang merangkul pelaku usaha perhotelan dan restoran di Garut, Jawa Barat yang mengibarkan bendera putih, setidaknya bisa dinilai sebagai pilihan respons yang tepat.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Garut mengibarkan bendera putih di setiap hotel di Garut, Senin (19/7/2021). Pengibaran bendera putih itu sebagai bentuk kekecewaan terhadap keadaan perhotelan dan restoran yang mengalami ketidakpastian di masa pandemi Covid-19. Tribun Jabar/Sidqi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Garut mengibarkan bendera putih di setiap hotel di Garut, Senin (19/7/2021). Pengibaran bendera putih itu sebagai bentuk kekecewaan terhadap keadaan perhotelan dan restoran yang mengalami ketidakpastian di masa pandemi Covid-19.

 

Penyampaian solusi yang ditawarkan Sandiaga Uno adalah menawarkan Garut sebagai sentra vaksinasi yang dikemas dengan strategi kepariwisataan. Misalnya saja, penyuntikan vaksinasi dilakukan di kawasan pemandian air panas seperti di Cipanas, Talaga Bodas atau Kawah Papandayan di Garut.

Usulan Sandiaga Uno ini mungkin mencontoh dengan tawaran melancong ke Amerika Serikat disertai penyuntikan vaksinasi yang gencar dijajakan beberapa biro perjalanan dan memang ramai peminatnya.

Dengan cara ini, arus wisatawan akan berdatangan ke Garut, tentunya seusai pelonggaran PPKM.

Walau terkesan absurd, Sandiaga juga mengajak semua kalangan untuk mengganti bendera putih yang mulai banyak berkibar dengan bendera merah putih.

Seruan ini dimaksudkan agar muncul usaha pembuatan bendera merah putih yang kemungkinan akan dipasang warga (Kompas.com, 24/07/2021).

Baca juga: Tanggapi Bendera Putih Pengusaha Hotel dan Resotran di Garut, Sandiaga Ajak Dirikan Sentra Vaksinasi

Aksi pengibaran bendera putih yang kian marak dilakukan berbagai kalangan, sekali lagi bukan bentuk pembangkangan.

Bendera putih harusnya dimaknai sebagai “alarm” bagi pemerintah untuk lebih fokus dan mencari terobosan cerdas dalam penanggulangan pandemi.

Bagi masyarakat, pengibaran bendera putih juga memberi arti akan pentingnya memperkuat rasa solidaritas.

Seperti halnya di negeri jiran Malaysia, bendera putih adalah tanda untuk meminta pertolongan kepada warga yang lain karena terdampak pandemi Covid.

Kibaran bendera putih harusnya ditanggapi dengan ragam aksi solidaritas sosial untuk membantu warga yang membutuhkan bantuan.

Kita bisa dan mampu membantu warga yang tengah kesulitan, sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang ada. Gotong royong kuncinya.

“Karma nevad ni adikaraste ma paleshu kada chana”

Kerjakanlah kewajibanmu dengan tidak menghitung-hitung akibatnya. Jika bukan kamu yang menikmatinya maka anakmu-lah yang akan menikmatinya. Kalau bukan anakmu, cucu kamulah yang akan menikmatinya (Seperti dikutip Bung Karno dari Kitab Baghawad Gita).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com