Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit yang Kerap Dianggap Remeh tetapi Ternyata Bisa Menimbulkan Kematian, Apa Saja?

Kompas.com - 20/07/2021, 06:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Hidup sehat tanpa penyakit adalah dambaan setiap orang.

Sebab, seberapa pun besarnya harta yang dimiliki, jika seseorang sakit maka harta benda yang dimiliki bisa saja habis untuk mengobati penyakit itu.

Beberapa waktu sebelumnya, di media sosial TikTok sempat ramai pembahasan mengenai penyakit mag, tifus, dan darah rendah yang disebut bisa menyebabkan kematian perlahan.

Baca juga: Belum Dapat SMS? Ini Cara Unduh dan Cetak Sertifikat Vaksin Covid-19

Lantas, benarkah hal tersebut? Dan apa saja penyakit yang kerap kali dianggap remeh tetapi bisa berujung pada kematian?

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Ari Fahrial Syam menjelaskan, pada dasarnya semua penyakit bsa berujung pada kematian dengan catatan, apabila tidak dikelola dengan benar.

“Kalau bicara kematian, apa pun penyakit ujungnya kematian kalau tidak dikelola dengan baik. Mau sakit lambung, darah rendah, tipes (tifus), mau demam berdarah atau Covid kalau tidak di-manage dengan baik ya akhirnya berujung kematian,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

Karena itulah, dirinya menilai, apabila seseorang memiliki penyakit kronis maka harus berobat secara teratur.

Baca juga: Viral Pasien BPJS Curhat Dipersulit Saat Akan Berobat di RSUD dr Soewandhie

Pengobatan sendiri

Pihaknya menambahkan, kerap kali yang terjadi di masyarakat adalah masyarakat membuat diagnosis dan mengandalkan pengobatan sendiri.

“Misal tahu punya penyakit lambung, tapi dia tidak pernah berobat yang benar bagaimana mengobati sakit lambung,” terangnya.

Pengobatan yang benar, menurut Ari, untuk keluhan lambung tersebut seharusnya adalah dengan melakukan pemeriksaan USG atau jika perlu dilakukan endoskopi.

Baca juga: Klarifikasi RSUD dr Soewandhie soal Video Viral Pasien BPJS yang Curhat Dipersulit Saat Berobat

Hal ini karena bisa jadi keluhan tersebut timbul akibat penyakit macam-macam.

Contoh lain seseorang yang mengeluhkan dirinya terkena tifus. Tifus juga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan bahwa itu tifus.

“Orang itu kadang dikit-dikit bilang saya kena tipes (tifus) lagi. Padahal betul enggak itu tipes? Jadi ya jangan mengobati diri sendiri,” terangnya.

Baca juga: Viral Info Ashraf Sinclair Meninggal karena GERD, Ini Penjelasan Dokter

Pemeriksaan lanjutan

Contoh lain hipotensi atau darah rendah, kondisi demikian juga perlu pemeriksaan lanjutan, misalnya apakah ternyata dia memiliki kelainan jantung.

Ia mengatakan, apa pun keluhan sakit, sebaiknya tidak dianggap remeh.

Sakit mag misalnya adalah salah satu yang kerap dianggap remeh, padahal penyebabnya bisa dari sederhana sampai berat. Sebagai contoh, keluhan mag tetapi ternyata kanker.

“Semua penyakit apa pun keluhannya misal sakit perut perlu dilihat penyakitnya. Sakit kepala, apa penyakitnya, pilek enggak sembuh-sembuh apa penyakitnya,” katanya lagi.

Baca juga: 3 Juta Vaksin Moderna Tiba di Indonesia, Ditujukan untuk Siapa?

Ia menekankan me-manage penyakit dengan baik sangat diperlukan. Bahkan, memantau kondisi tubuh saat tubuh tak merasa sakit pun juga sangat perlu.

Hal ini karena seseorang yang tampak sehat bisa saja organ di dalamnya bermasalah yang mana gejala baru akan terlihat ketika penyakit sudah parah.

“Prinsipnya, semua penyakit bisa berujung kematian. Karena itu, keluhan yang ada harus diperiksakan dengan teratur,” pungkasnya.

Baca juga: Indonesia Bakal Terima 50 Juta Dosis Vaksin Pfizer, Ditujukan untuk Siapa?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda sakit kepala karena migrain dan Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com