Penyusunan kalimat bisa mempengaruhi kondisi psikologis anak.
"Daripada mengatakan, 'Sayang jangan makan dan minum selama 6 jam ya,' lebih baik menggunakan kalimat, 'Sayang, makannya ditunda sampai tengah hari ya.' Kalimat positif lebih bisa membangkitkan energi yang positif juga," papar Dwi.
Hal ini seperti ketika dokter mengeluarkan pantangan makanan ini itu, pasti efek yang dirasakan pasien adalah ia akan merasa tersiksa karena hidupnya seperti diberi batas.
Namun dengan memberi solusi lebih baik mengonsumsi sajian A daripada mengonsumsi sajian B, maka psikologis pasien akan lebih tertarik untuk menuruti saran dari dokter dengan kesadaran diri sendiri.
Yang biasa terjadi adalah anak akan menolak bangun sahur lantaran terdera kantuk. Semakin dipaksa, anak justru akan semakin menolak dan lahirlah tantrum.
Menghadapi kondisi demikian, orang tua harus bersabar. Jangan memaksa anak dan mengancam memberi hukuman karena cara itu tak akan berhasil. Semisal anak mau bangun pun, karena ia merasa terancam.
"Imbasnya, anak tak akan mengikuti puasa dengan hati yang gembira. Ketika ia tak kuat menahan lapar dan minum ia bisa minum secara sembunyi-sembunyi alias berbohong karena takut terkena hukuman."
Jadi ketika anak tantrum, bangunkan anak secara bertahap 5 atau 10 menit sekali. Atau ajak anak untuk pindah tidur, dari kasur ke meja makan. Dengan cara bergerak, anak akan makin terjaga dan bisa fokus untuk menyantap sajian sahur.
Baca juga: Tips Pilih Menu Buka Puasa dan Sahur dari Dokter Gizi
Intinya, ketika mengajak anak melakukan sesuatu termasuk puasa, jangan pernah ada paksaan, hukuman atau pembandingan.
"Jangan pernah membandingkan anak dengan anak yang lain. Karena hal ini akan menurunkan kepercayaan dirinya dan menganggu psikologisnya."
Jika harus membandingkan, bandingkan anak dengan dirinya sendiri. Semisal di puasa tahun lalu anak bisa berpuasa sebulan penuh, orang tua bisa menanyakan mengapa di tahun ini anak malas-malasan.
Baca juga: Porsi Makan dan Gizi yang Baik saat Puasa, dari Karbohidrat hingga Protein
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.