Rusli menyebut, rencana impor ini bisa dinilai dari dua sudut pandang. Direncanakan dengan sengaja, atau tidak disengaja
"Kalau enggak disengaja, berati mereka sense of untuk mengambil kebijakan yang bagus, tepat, itu kurang. Ini kan di tengah masa panen, ya jangan ada impor," jelas dia.
"Kalau pun disengaja, Pemerintah sengaja agar harga gabah rendah, ketika harga rendah, otomatis nanti Bulog bisa menyerap gabah dengan harga lebih murah," lanjut Rusli.
Baca juga: Petani Merugi Saat Sektor Pertanian Tumbuh di Tengah Pandemi Corona, Apa Masalahnya?
Dengan harga gabah yang tertekan hingga serendah-rendahnya, margin keuntungan yang didapat bisa lebih tinggi.
Dalam kondisi seperti ini, para tengkulak dan konsumen akan mendapat untung besar. Tengkulak mendapat gabah dengan harga rendah, konsumen juga mendapat beras dengan harga murah di pasaran.
Tetapi tidak bagi petani. Di balik biaya produksi yang besar, mereka tidak mendapat harga yang sepadan.
Baca juga: Bansos Beras 15 Kilogram, Siapa yang Bisa Dapat dan Bagaimana Penyalurannya?
Saat disinggung terkait boleh tidaknya impor beras, Rusli menjawab diperbolehkan. Namun harus diketahui terlebih dahulu, apa tujuan dari impor beras tersebut.
Setidaknya ada 3 alasan mengimpor beras.
Pertama adalah untuk mendapat jenis beras tertentu yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri. Misalnya beras untuk pengidap diabetes, beras Jepang dan sebagainya.
Baca juga: Kisah dari Nepal dan Bayang-bayang Bencana Kelaparan Global karena Virus Corona...