Menurut dia, setiap alat musik tradisional menyimpan nilai lokalitas dan tradisi dari setiap daerah. Karena itu selalu ada kaitannya antara alat musik dengan lingkungan sekitar, termasuk alam.
Marwan juga mengatakan, alat musik adalah identitas lokal yang menjadi salah satu identitas nasional (tangible), selain syair dan lagu (intangible).
"Ada juga koleksi lain yang melekat pada alat musik tersebut yaitu lagu atau syair yang dipadukan ketika alat dimainkan atau intangible," ujar Marwan.
Baca juga: Sejarah Hari Musik Nasional dan Perjuangan Musisi Bangkit di Tengah Pandemi
Menurut Marwan, pada dasarnya, manusia pada zaman dahulu sangat bergantung pada alam. Termasuk ketika menciptakan alat musik, yaitu menggunakan tumbuhan.
Setiap daerah menciptakan alat musik berdasarkan tumbuhan yang ada di sekitarnya.
Adapun tumbuhan yang biasa digunakan untuk membuat alat musik, yaitu bambu, kayu lenggua, daun lotar, kayu jati, kayu bontang-bontang, kayu nangka, kayu rita, kayu ulin, dan sebagainya.
"Memanfaatkan tumbuhan lokal yang berada di lingkungan sekitar, sekaligus tumbuhan tersebut adalah ciri khas daerah, sehingga apabila alat musik tradisional ini tidak dilestarikan kita akan kehilangan tanaman khas daerah," terang Marwan.
Karena itu apabila keterampilan dalam menciptakan alat tersebut lama kelamaan punah, maka Indonesia akan kehilangan tradisi, budaya, dan kekayaan alam di setiap wilayah di Nusantara.
Baca juga: Peringati Hari Musik Nasional, Resso Rekomendasikan 18 Playlist Lagu Indonesia
Mengenai kelangkaan tumbuhan untuk membuat alat musik tradisional, Peneliti LIPI bidang biologi, botani, dan etnobotani, Mohammad Fathi Royani mengatakan bahwa kerusakan alam berpengaruh besar pada kelestarian alat musik tradisional.
Bahkan pada tingkat yang paling parah, alat musik tradisional akan mengalami kepunahan.
"Sangat mungkin sekali (punah). Selain kerusakan, alih fungsi lahan, tumbuhan-tumbuhan yang bisa digunakan untuk bahan alat musik tidak ada lagi," kata Fathi.
Apalagi, imbuh Fathi, masyarakat adat memiliki tradisi dan syarat-syarat tertentu dalam membuat alat musik tradisional.
"Pengalaman saya di Kalimantan dan daerah lain, mereka sudah mulai kesusahan mendapatkan bahan untuk alat musik tradisional. Untuk Sumba (alat musik yang bahannya langka) ya Jungga," kisah Fathi.
Baca juga: Hari Musik Nasional, Iwan Fals Rilis Ulang Mata Dewa dalam Format Piringan Hitam
Salah satu solusi yang ditawarkan Marwan untuk menjaga alat musik tradisional adalah dengan melakukan pendokumentasian.
"Hal ini tentu saja harus segera mungkin dilakukan dokumentasi pengetahuan lokal masyarakat tersebut. Baik untuk alat musiknya, (maupun) pengetahuan orang yang membuat alat musik," katanya.
Lebih lanjut, salah satu upaya menjaga alat musik tradisional adalah dengan menjaga pula kelestarian alam.
"Konservasi in situ dan ek situ tanaman yang digunakan sebagai bahan baku membuat alat musik, dan yang paling utama adalah mencegah kerusakan alam," jelas Marwan.
Marwan mengatakan, bahwa pendokumentasian alat musik saat ini sudah banyak dilakukan oleh pemerintah daerah baik kerjasama dengan peneliti, pengelola museum, dan instansi lain yang terkait.
"Pemerintah pusat pun mungkin sudah banyak melakukan pendokumentasian melaui lembaga terkait, walaupun belum maksimal," ungkapnya.
Baca juga: 5 Lagu Baru Pilihan untuk Memperingati Hari Musik Nasional
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.