Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kanker Tenggorokan, Penyebab Kematian Gitaris Eddie Van Halen

Kompas.com - 07/10/2020, 16:37 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Salah satu gitaris terbaik di kancah musik rock, Eddie Van Halen meninggal dunia pada Selasa (6/10/2020) pagi.

Diberitakan Kompas.com, Rabu (7/10/2020) Eddie Van Halen meninggal pada usia 65 tahun, setelah berjuang melawan kanker tenggorokan yang dideritanya selama bertahun-tahun.

Kematian Eddie diumumkan oleh putranya, Wolf Van Halen, melalui akun Twitter-nya @WolfVanHalen.

Sebuah sumber yang dikutip People mengatakan, kondisi Eddie Van Halen merosot tajam dalam tiga hari terakhir. Sementara itu TMZ melaporkan, kanker yang diidap Eddie Van Halen telah menyebar ke otak.

Menurut TMZ, pria berdarah Indonesia itu mengembuskan napas terakhir di Santa Monica.
Pada saat-saat terakhirnya dia didampingi Janie, istrinya, Wolf, dan Alex Van Halen kakaknya.

Eddie Van Halen berjuang melawan kanker tenggorokan selama lebih dari 10 tahun.

Baca juga: Profil Eddie Van Halen, Rocker Legendaris Putra Perempuan Rangkasbitung

Kanker tenggorokan

Melansir Healthline, Rabu (7/10/2020) kanker tenggorokan mengacu pada kanker kotak suara, pita suara, dan bagian lain dari tenggorokan, seperti amandel dan orofaring.

Kanker tenggorokan relatif jarang terjadi dibandingkan dengan kanker lainnya. Berdasarkan data dari National Cancer Institute (NCI) Amerika Serikat:

  • Sekitar 1,2 persen orang dewasa di AS didiagnosis dengan rongga mulut dan kanker faring dalam hidup mereka.
  • Sekitar 0,3 persen orang dewasa di AS dengan kanker laring dalam hidup mereka.

Kanker tenggorokan cukup sulit dideteksi pada tahap awal. Tanda dan gejala umum kanker tenggorokan meliputi:

  • Perubahan suara
  • Kesulitan menelan (disfagia)
  • Penurunan berat badan
  • Sakit tenggorokan
  • Kebutuhan konstan untuk membersihkan tenggorokan (berdeham, mengeluarkan dahak)
  • Batuk terus-menerus (bisa disertai batuk darah)
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di leher
  • Mengi (suara bernada tinggi saat bernapas)
  • Sakit telinga
  • Suara serak

Jika salah satu gejala di atas muncul, dan tidak kunjung membaik dalam dua-tiga minggu, segera hubungi dokter untuk melakukan pemeriksaan.

Baca juga: Duka Para Musisi Kenang Kepergian Eddie Van Halen

Penyebab kanker tenggorokan

Laki-laki diketahui lebih mungkin mengidap kanker tenggorokan dibanding perempuan. Sementara itu, sejumlah gaya hidup disebut dapat meningkatkan risiko terkena kanker tenggorokan, termasuk:

  • Merokok
  • Konsumsi alkohol yang berlebihan
  • Asupan nutrisi buruk
  • Paparan abses
  • Kebersihan gigi yang buruk
  • sindrom genetik

Kanker tenggorokan juga dikaitkan dengan jenis infeksi human papillomavirus (HPV) tertentu. HPV adalah virus yang ditularkan secara seksual.

Menurut Pusat Perawatan Kanker Amerika, infeksi HPV adalah faktor risiko untuk kanker orofaring tertentu.

Kanker tenggorokan juga telah dikaitkan dengan jenis kanker lainnya. Faktanya, beberapa orang yang didiagnosis dengan kanker tenggorokan didiagnosis menderita kanker esofagus, paru-paru, atau kandung kemih pada saat bersamaan.

Hal ini mungkin terjadi, karena kanker jenis tersebut memiliki beberapa faktor risiko yang sama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com