Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

15 Hari di September, Tercatat Ada 1.548 Kasus Kematian di Indonesia Akibat Corona

Kompas.com - 16/09/2020, 07:03 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lebih dari enam bulan pandemi virus corona di Indonesia dan penambahan kasus positif masih terus dilaporkan setiap harinya.

Terbaru, Selasa (15/9/2020), pemerintah kembali mengumumkan 3.507 kasus baru Covid-19, sehingga total menjadi 225.030 kasus.

Selain itu, ada 2.660 pasien sembuh baru, sehingga jumlah total pasien yang telah dinyatakan sembuh menjadi sebanyak 161.065 orang.

Kemudian, jumlah kasus kematian akibat Covid-19 menjadi sebanyak 8.965, mengalami peningkatan 124 kasus dari hari sebelumnya.

Berdasarkan data covid19.go.id, selama 15 hari terakhir atau dari 1 September hingga 15 September, tercatat ada 1.548 kasus kematian.

Baca juga: Kasus Corona Capai 225.030, Ini Daftar 70 Daerah Zona Merah Covid-19 di Indonesia 

Rinciannya sebagai berikut:

  • 1 September: 88 kasus kematian 
  • 2 September: 111 kasus kematian
  • 3 September: 134 kasus kematian
  • 4 September: 82 kasus kematian
  • 5 September: 108 kasus kematian
  • 6 September: 85 kasus kematian
  • 7 September: 105 kasus kematian
  • 8 September: 100 kasus kematian
  • 9 September: 106 kasus kematian
  • 10 September: 120 kasus kematian
  • 11 September: 88 kasus kematian
  • 12 September: 106 kasus kematian
  • 13 September: 73 kasus kematian
  • 14 September: 118 kasus kematian
  • 15 September: 124 kasus kematian

Tren peningkatan

Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman menilai, jika melihat data kematian akibat virus corona sejauh ini, angka sesungguhnya jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan.

"Angka kematian DKI Jakarta saja bila ditotal dengan suspek dan probable sudah 5.000-an dalam sebulan terakhir. Artinya, trennya meningkat," kata Dicky kepada Kompas.com, Selasa (15/9/2020) malam.

Kondisi tersebut juga selaras dengan tren di wilayah Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Selain itu, tren kasus kematian tersebut menunjukkan posisi yang berada di belakang kecepatan penyebaran Covid-19.

"Tren kasus kematian seperti ini menunjukkan posisi kita berada di belakang kecepatan Covid-19 menyebar. Bisa ada gaps setidaknya (minimal) sebulan," ujarnya.

Perlu strategi tambahan

Untuk menyamakan kecepatan antara intervensi yang dilakukan, yaitu tes, lacak, dan isolasi/karantina dengan Covid-19, menurutnya diperlukan strategi tambahan.

"Diperlukan strategi tambahan, yang bila di epidemiologi dikenal istilah hammer (lockdown atau karantina wilayah, atau yang lebih longgar adalah PSBB)," jelasnya.

Dicky menilai, dengan adanya strategi tambahan tersebut, minimal sebulan atau umumnya 2 sampai 3 bulan, akan memberi kesempatan menurunnya beban rumah sakit dan juga angka kematian.

"Sebagai akibat strategi testing, tracing, kita mampu menyamai kecepatan virus," lanjutnya.

Baca juga: Diminta Tak Dipakai Penumpang KRL, Ada Apa dengan Masker Scuba dan Buff?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com