KOMPAS.com - Lebih dari enam bulan pandemi virus corona di Indonesia dan penambahan kasus positif masih terus dilaporkan setiap harinya.
Terbaru, Selasa (15/9/2020), pemerintah kembali mengumumkan 3.507 kasus baru Covid-19, sehingga total menjadi 225.030 kasus.
Selain itu, ada 2.660 pasien sembuh baru, sehingga jumlah total pasien yang telah dinyatakan sembuh menjadi sebanyak 161.065 orang.
Kemudian, jumlah kasus kematian akibat Covid-19 menjadi sebanyak 8.965, mengalami peningkatan 124 kasus dari hari sebelumnya.
Berdasarkan data covid19.go.id, selama 15 hari terakhir atau dari 1 September hingga 15 September, tercatat ada 1.548 kasus kematian.
Baca juga: Kasus Corona Capai 225.030, Ini Daftar 70 Daerah Zona Merah Covid-19 di Indonesia
Rinciannya sebagai berikut:
Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman menilai, jika melihat data kematian akibat virus corona sejauh ini, angka sesungguhnya jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan.
"Angka kematian DKI Jakarta saja bila ditotal dengan suspek dan probable sudah 5.000-an dalam sebulan terakhir. Artinya, trennya meningkat," kata Dicky kepada Kompas.com, Selasa (15/9/2020) malam.
Kondisi tersebut juga selaras dengan tren di wilayah Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Selain itu, tren kasus kematian tersebut menunjukkan posisi yang berada di belakang kecepatan penyebaran Covid-19.
"Tren kasus kematian seperti ini menunjukkan posisi kita berada di belakang kecepatan Covid-19 menyebar. Bisa ada gaps setidaknya (minimal) sebulan," ujarnya.
Untuk menyamakan kecepatan antara intervensi yang dilakukan, yaitu tes, lacak, dan isolasi/karantina dengan Covid-19, menurutnya diperlukan strategi tambahan.
"Diperlukan strategi tambahan, yang bila di epidemiologi dikenal istilah hammer (lockdown atau karantina wilayah, atau yang lebih longgar adalah PSBB)," jelasnya.
Dicky menilai, dengan adanya strategi tambahan tersebut, minimal sebulan atau umumnya 2 sampai 3 bulan, akan memberi kesempatan menurunnya beban rumah sakit dan juga angka kematian.
"Sebagai akibat strategi testing, tracing, kita mampu menyamai kecepatan virus," lanjutnya.
Baca juga: Diminta Tak Dipakai Penumpang KRL, Ada Apa dengan Masker Scuba dan Buff?
Sebaliknya, apabila upaya-upaya tersebut tidak dilakukan, akan menjadi sulit untuk menyamai kecepatan virus dan juga membutuhkan waktu lebih lama dalam penanganan pandemi Covid-19.
"Dalam beberapa waktu, kasus kematian tentu akan sulit untuk cepat turun, kecuali kapasitas testing dan tracing meningkat luar biasa," kata Dicky.
Selain itu, menurut dia, optimalisasi strategi yang dilakukan tidak bisa sporadis atau hanya di wilayah tertentu, tetapi harus bersinergi dan terintegrasi, apalagi dalam satu pulau seperti Jawa.
Ia mengatakan kapasitas tes tertinggi sejauh ini di Indonesia masih ada di DKI Jakarta.
Sementara itu, jumlah kasus kematian terbanyak masih dicatatkan di Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah.
Jika melihat persentase, kata dia, tingkat kematian tertinggi dicatatkan Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.