Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Wilayah yang Masih Terjadi Hujan saat Musim Kemarau Menurut BMKG

Kompas.com - 19/08/2020, 16:24 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Fenomena ini biasa disebut sebagai gelombang tropis ekuator atau juga gelombang kelvin.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Wilayah yang Mulai Diguyur Hujan dan Masih Musim Kemarau

Gelombang tropis ekuator ini memicu pertumbuhan awan hujan sehingga menjadi lebih intensif.

"Akibatnya hujan sempat terjadi di beberapa wilayah, bahkan intensitasnya lebat," sebut dia.

Wilayah dengan tipe hujan monsunal ini memiliki suhu permukaan laut yang hangat. Diperkirakan, hujan masih akan terjadi hingga sepekan ke depan.

"Untuk seminggu ke depan hujan masih cukup intens dan terjadi di beberapa wilayah," ucap Agie.

Wilayah berpotensi hujan

Berikut ini daftar wilayah yang berpotensi terjadi dominasi hujan lebat:

- Aceh
- Sumatera Utara
- Sumatera Barat
- Riau
- Kep. Riau
- Jambi
- Bengkulu
- Kep. Bangka Belitung
- Kalimantan Barat
- Kalimantan Selatan
- Sulawesi Barat
- Sulawesi Tengah
- Sulawesi Utara
- Maluku Utara
- Maluku
- Papua Barat
- Papua

Baca juga: Gempa Bengkulu dalam Sejumlah Pemberitaan Media Internasional

Anomali suhu muka laut

Sementara itu, Prakirawan senior dari BMKG, Ida Pramuwardani dalam program Ngaca (Ngobrol Asik tentang Cuaca) yang disiarkan di Instagram BMKG menekankan musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan sama sekal. 

Namun juga sebaliknya, musim hujan bukan berarti tidak ada panas sama sekali.

Hujan dengan intensitas tinggi masih terjadi di Indonesia, menurutnya karena ada beberapa faktor.

"Yang pertama adalah hangatnya suhu muka laut dan anomali suhu muka laut di wilayah Indonesia," ujar Ida.

Ini menyebabkan munculnya suplai uap air terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Faktor kedua adalah aktifnya gelombang atmosfer atau gelombang ekuator di atas wilayah Indonesia, ini juga berkontribusi terhadap aktivitas pembentukan awan.

"Faktor ketiga adalah kondisi atmosfer yang labil, yang didukung oleh wilayah topografi Indonesia yang mampu mendukung proses pertumbuhan awan," jelas Ida.

Interaksi antar faktor meteorologis tersebut bisa menyebabkan potensi hujan tinggi meski di tengah musim kemarau.

Baca juga: Suhu Terpanas Bumi dalam 100 Tahun Terakhir: 54,4 Derajat Celcius

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com