Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diklaim Beri Kekebalan Covid-19 hingga 2 Tahun, Vaksin Rusia Tuai Kontroversi

Kompas.com - 16/08/2020, 07:05 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Kami memiliki setengah lusin atau lebih vaksin. Jadi jika kami ingin mengambil risiko menyakiti banyak orang atau memberi mereka sesuatu yang tidak berhasil, kami dapat mulai melakukan ini. Anda tahu, minggu depan jika kami mau. Tapi bukan itu cara kerjanya," ujar Fauci.

Sementara itu, Francois Balloux, seorang Profesor Biologi Sistem Komputasi di Universitas College London, mengatakan, keputusan Rusia adalah hal yang sembrono.

"Vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji secara tidak benar adalah tidak etis. Masalah apa pun dengan kampanye vaksinasi Rusia akan menjadi bencana baik melalui efek negatifnya pada kesehatan, tetapi juga akan semakin menghambat penerimaan vaksin di masyarakat," ujar Balloux.

Baca juga: Menkes AS Curiga soal Klaim Rusia tentang Vaksin Sputnik V

Adapun Jonathan Ball, seorang Profesor Virologi Molekuler di Universitas Nottingham Inggris, mengatakan, satu-satunya cara yang masuk akal untuk mengetahui apakah vaksin aman dan efektif adalah melalui uji coba fase ketiga yang dirancang dengan sangat baik.

"Meskipun detail tentang vaksin Rusia masih sedikit, tampaknya telah melalui fase uji coba awal, jadi profil keamanannya harus cukup diketahui. Tetapi, apakah itu akan berhasil belum ditetapkan. Dan oleh karena itu tidak mengejutkan saya karena sangat bijaksana untuk melakukan ini secara rutin," kata dia.

Vaksin virus corona dari Rusia sendiri telah melewati tahap pengujian pada manusia dalam jangka waktu kurang dari dua bulan.

Uji coba fase 3 baru dimulai pada minggu lalu.

Data perkembangan vaksin yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang diperbarui Kamis (13/8/2020), masih menyatakan bahwa vaksin Rusia tersebut dalam tahap uji coba fase I.

Para peneliti di Pusat Penelitian Nasional Gamaleya sampai saat ini belum menerbitkan data apa pun mengenai vaksin ini.

Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko, Jumat (14/8/2020), mengatakan, studi praklinis dan klinis mengenai vaksin akan tersedia pada pekan depan.

Baca juga: Direktur CDC: AS Akan Hadapi Bencana Kesehatan Terburuk dalam Sejarah, jika...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Syarat Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com