Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diklaim Beri Kekebalan Covid-19 hingga 2 Tahun, Vaksin Rusia Tuai Kontroversi

Kompas.com - 16/08/2020, 07:05 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pengembang vaksin virus corona Rusia mengklaim, vaksin yang diciptakannya akan mampu memberikan kekebalan tubuh seseorang terhadap virus penyebab Covid-19  setidaknya hingga dua tahun.

Hal tersebut disampaikan oleh Alexander Gintsburg, Direktur Pusat Penelitian Nasional Gamaleya untuk Epidemiologi dan Mikrobiologi Kementerian Kesehatan Rusia.

"Masa efektif vaksin, sifat protektifnya tidak akan bertahan dalam jangka pendek, setengah tahun sampai satu tahun. Tapi paling sedikit dua tahun," kata Alexander, dikutip dari NewsweekJumat (14/8/2020).

Alexander menyampaikan hal ini setelah Pakar Penyakit Menular AS, Anthony Fauci, meragukan vaksin buatan Rusia akan siap digunakan secara luas.

Pernyataan itu dilontarkan Fauci setelah pada Selasa (11/8/2020), Presiden Vladimir Putin mengumumkan Rusia telah menjadi negara pertama yang menyetujui penggunaan vaksin untuk melawan virus corona.

Klaim waktu kemampuan vaksin yang mampu melindungi selama dua tahun muncul saat para ahli masih memperdebatkan mengenai waktu kekebalan berapa lama virus corona bisa bertahan berapa lama.n.

Virus baru muncul sekitar akhir tahun 2019, sehingga hingga hari ini belum diketahui dengan pasti sampai kapan sebenarnya respons imun yang terbentuk akan bertahan.

Baca juga: Vaksin Virus Corona dari Rusia Sputnik V, Bagaimana Cara Kerjanya?

Vaksin Sputnik V

Vaksin virus corona dari Rusia yang diberi nama Sputnik V ini menarik perhatian publik.

Nama Sputnik V merujuk pada nama satelit Soviet pertama yang diluncurkan ke orbit.

Di tengah pandemi virus corona, berbagai negara tengah mengupayakan untuk pengembangan vaksin mengatasi virus corona.

Sebagai negara yang tengah mengembangkan vaksin, AS juga telah menggelontorkan miliaran dollar AS untuk upaya percepatan pengobatan dan pengembangan vaksin agar dapat tersedia pada akhir tahun atau awal 2021.

Hal ini seolah mengingatkan kembali pada publik ketika terjadi kompetisi ruang angkasa yang terjadi pada masa perang dingin dahulu.

Diragukan

Tangkapan layar laman Sputnikvaccine.com pada Rabu (12/8/2020).Sputnikvaccine.com Tangkapan layar laman Sputnikvaccine.com pada Rabu (12/8/2020).
Meski demikian, terkait kemananan dan keefektifannya, vaksin Sputnik V banyak diragukan para ahli.

Kepada National Geographic, Kamis (13/8/2020), Anthoni Fauci mengatakan, ia berharap Rusia membuktikan vaksin yang mereka kembangkan aman dan efektif.

Akan tetapi, ia ragu Rusia telah melakukan hal itu.

"Kami memiliki setengah lusin atau lebih vaksin. Jadi jika kami ingin mengambil risiko menyakiti banyak orang atau memberi mereka sesuatu yang tidak berhasil, kami dapat mulai melakukan ini. Anda tahu, minggu depan jika kami mau. Tapi bukan itu cara kerjanya," ujar Fauci.

Sementara itu, Francois Balloux, seorang Profesor Biologi Sistem Komputasi di Universitas College London, mengatakan, keputusan Rusia adalah hal yang sembrono.

"Vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji secara tidak benar adalah tidak etis. Masalah apa pun dengan kampanye vaksinasi Rusia akan menjadi bencana baik melalui efek negatifnya pada kesehatan, tetapi juga akan semakin menghambat penerimaan vaksin di masyarakat," ujar Balloux.

Baca juga: Menkes AS Curiga soal Klaim Rusia tentang Vaksin Sputnik V

Adapun Jonathan Ball, seorang Profesor Virologi Molekuler di Universitas Nottingham Inggris, mengatakan, satu-satunya cara yang masuk akal untuk mengetahui apakah vaksin aman dan efektif adalah melalui uji coba fase ketiga yang dirancang dengan sangat baik.

"Meskipun detail tentang vaksin Rusia masih sedikit, tampaknya telah melalui fase uji coba awal, jadi profil keamanannya harus cukup diketahui. Tetapi, apakah itu akan berhasil belum ditetapkan. Dan oleh karena itu tidak mengejutkan saya karena sangat bijaksana untuk melakukan ini secara rutin," kata dia.

Vaksin virus corona dari Rusia sendiri telah melewati tahap pengujian pada manusia dalam jangka waktu kurang dari dua bulan.

Uji coba fase 3 baru dimulai pada minggu lalu.

Data perkembangan vaksin yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang diperbarui Kamis (13/8/2020), masih menyatakan bahwa vaksin Rusia tersebut dalam tahap uji coba fase I.

Para peneliti di Pusat Penelitian Nasional Gamaleya sampai saat ini belum menerbitkan data apa pun mengenai vaksin ini.

Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko, Jumat (14/8/2020), mengatakan, studi praklinis dan klinis mengenai vaksin akan tersedia pada pekan depan.

Baca juga: Direktur CDC: AS Akan Hadapi Bencana Kesehatan Terburuk dalam Sejarah, jika...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Syarat Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com