"Kalau mereka merasa ada ketidakpastian, merasa ada ekonomi yang memburuk, mereka merasa enggak percaya sama uang kertasnya sendiri, mereka enggak percaya sama negaranya sendiri, mereka beralih ke emas, karena emas asumsinya bisa dibawa kemana pun, ada nilai intrinsik yang setara dengan nilai nominalnya," papar Safir.
Dengan begitu jumlah permintaan terhadap emas akan tinggi sehingga menyebabkan harga ikut melambung.
Baca juga: Kenapa Imlek Identik dengan Warna Merah dan Kuning Emas?
Mengapa orang berlari pada emas, dan bukan produk lain untuk mengamankan uangnya?
Safir menyebut itu karena cara berpikir dari alam bawah sadar masyarakat yang meyakini harga emas akan selalu naik.
"Jadi, alasan logisnya karena emas ada (fisik) barangnya dan dianggap naik terus, walaupun dia enggak naik terus, dia bisa juga turun. Tapi pengalaman menunjukkan jarang sekali emas itu turun derastis," ungkap Safir.
Hal ini tidak hanya terjadi pada emas, namun juga produk properti.
Hanya yang membedakan, tidak semua orang bisa membeli properti. Selain itu proses jual properti juga relatif lebih sulit dibandingkan emas.
Jadi pada kesimpulannya, Safir menyebut mengapa harga emas naik ketika terjadi ketidakstabilan ekonomi adalah kerja alam bawah sadar masyarakat dalam memandang emas.
"Bawah sadar. Enggak tahu dari dulu bawah sadar orang begitu," sebutnya.
Baca juga: Apa Investasi Terbaik untuk Dilakukan?
Permintaan emas meningkat
Dikutip dari pemberitaan Kompas.com sebelumnya, pakar ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmi Radhi menilai, emas berbeda dengan minyak bumi.
Minyak saat ini tengah mengalami penurunan permintaan yang menyebabkan harga minyak dunia terpuruk. Adapun emas justru permintaannya meningkat.
“Permintaan emas justru meningkat saat pandemi Covid-19 sehingga menaikkan harga emas,” kata dia.
Menurutnya saat situasi seperti sekarang, investasi di pasar uang dan pasar modal semakin tak menarik, sehingga menurutnya emas merupakan alternatif investasi yang lebih rendah risiko dibanding investasi lain.
Baca juga: Demi Masa Depan, Lebih Baik Menabung atau Investasi?