KOMPAS.com – Dosen Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Drs. Gedhe Bayu Suparta, M.Si., Ph. D, mengembangkan inovasi radiografi digital yang diklaim dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi Covid-19.
Menurut Bayu, radiografi digital penting untuk mendeteksi Covid-19 karena alat ini dapat memantau kondisi paru-paru seseorang.
Ia juga mengklaim, alat ini bisa digunakan untuk memutuskan apakah seorang pasien Covid-19 sudah sembuh atau belum.
"Karena Covid-19 itu varian SARS, sindrom respiratory pernapasan. Indikasi respiratory itu paru-paru," ujar Bayu, saat dihubungi Kompas.com Jumat (26/6/2020).
Bayu menyebutkan, saat ini tak semua rumah sakit di Indonesia memiliki alat radiografi digital.
"Kenyataannya, Indonesia enggak siap dengan radiografi digital untuk cek paru," kata dia.
Radiografi digital harganya di kisaran Rp 1 miliar hingga Rp 1,5 miliar.
Namun, menurut Bayu, alat yang diciptakannya jauh lebih murah daripada harga radiografi digital di pasaran.
“Kami enggak pakai flat detector atau Computed Radiography (CR), tetapi pakai kamera digital,” ujar Bayu.
Dengan harga yang terjangkau, Bayu berharap, akan banyak rumah sakit bahkan hingga di puskesmas memiliki alat radiografi digital.
Radiografi digital memungkinkan untuk saling terkoneksi sehingga tidak memerlukan cetak film layaknya radiografi lama.
"Tinggal kirim aja ke dokternya, dengan sistem teleradiology pasien enggak perlu bawa-bawa film. Tinggal tunjukan KTP atau QR codenya. Kalau sudah digital, data bisa diambil dari mana saja," kata dia.
Bahkan, jika puskesmas memilikinya, ia berharap pasien di puskesmas dapat terhubung dengan rumah sakit melalui teleradiologi tersebut.
"Sehingga pasien datang ke rumah sakit, data sudah ada. Enggak perlu foto ulang. Ini kemudahan di masa depan kalau pemerintah konsisten," kata dia.
Terkait deteksi Covid-19, menurut Bayu, alat ini bisa digunakan untuk thorax imagine yang membantu pasien infeksi virus corona.