Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Demam Berdarah Dengue, Kenali Gejala dan Ciri-cirinya!

Kompas.com - 22/06/2020, 19:02 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia tercatat masih terus terjadi, di tengah pandemi Covid-19 yang juga belum menunjukkan tanda-tanda penurunan di negara ini.

Kemenkes mencatat, sejak Januari hingga 17 Juni 2020 ada 64.251 kasus DBD di seluruh wilayah Indonesia dan 385 di antaranya meninggal dunia.

Baca juga: Ada 64.251 Kasus DBD di Tengah Pandemi Covid-19 di Indonesia

Setiap tahun, demam berdarah dengue masih menjadi penyakit yang mengkhawatirkan di Indonesia.

Pemerintah pun mengimbau agar masyarakat waspada. Kenali gejala dan ciri-cirinya! 

Penyebab demam berdarah dengue

Mengutip informasi dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI, demam berdarah dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari spesies nyamuk Aedes spp.

Nyamuk-nyamuk tersebut di antaranya Aedes aegypti, Aedes albopictus, Aedes polyensiesis, dan Aedes scutellaris.

Nyamuk-nyamuk ini disebut sebagai jenis nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia.

Mereka yang mudah terinfeksi virus dengue di antaranya karena kekebalan tubuh yang rendah dan banyaknya populasi nyamuk penular atau pembawa virus.

Nyamuk-nyamuk tersebut biasanya akan berkembang biak pada musim penghujan di mana banyak terjadi genangan air.

Mulai dari talang air, genangan di kaleng, botol, plastik, lubang pohon, dan lain-lain.

Gejala DBD

Gejala demam berdarah dengue di antaranya:

  • Sakit/nyeri pada ulu hati secara terus-menerus
  • Terjadi pendarahan pada hidung, mulut, gusi, saluran cerna
  • Memar pada kulit.

Pada awal infeksi, seseorang akan mengalami demam tinggi secara mendadak dan berlangsung sepanjang hari. Kepala dan punggung terasa nyeri. Nyeri juga terasa saat penderita menggerakkan bola mata.

Pasien yang menderita infeksi parah dapat mengalami syok bahkan kematian.

Masa inkubasi virus ini di dalam tubuh manusia berlangsung sekitar 3-14 hari, namun pada umumnya 4-7 hari.

Khusus pada anak, gejala yang mungkin timbul dari DBD adalah sebagai berikut:

  • Demam di atas 40 derajat Celcius secara mendadak
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot, tulang, dan sendi
  • Mual
  • Muntah
  • Sakit di area belakang mata
  • Muncul ruam di kulit
  • Pendarahan ringan dari hidung atau gusi
  • Hilang nafsu makan

Ciri-ciri atau gejala ini biasanya baru muncul pada anak-anak setelah 4-7 hari terinfeksi.

Oleh karena itu, jika gejala terlihat, ada baiknya anak segera dibawa periksa ke dokter atau dibawa ke pusat kesehatan untuk mendapatkan penanganan.

Baca juga: Kemenkes: Ada 100-500 Kasus DBD Per Hari di Indonesia

Wilayah persebaran

Virus ini banyak ditemukan di daerah subtropik dan tropik, kebanyakan ada di wilayah perkotaan dan area di sekitarnya.

Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang jumlah penderitanya semakin meningkat dan persebarannya terus meluas.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), selama 2004-2010 wilayah Asia Pasifik menjadi lokasi dari 75 persen kasus DBD terjadi.

Dan Indonesia dilaporkan menjadi negara ke-2 dengan kasus DBD tertinggi, di antara 30 negara wilayah endemis.

Cara penanganan pertama

Berdasarkan informasi dari Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, sebagai upaya pertolongan awal pada penderita, istirahat total dengan cara berbaring dapat diupayakan.

Penderita juga harus menerima banyak asupan cairan, setidaknya 2 liter air per harinya.

Bisa juga dilakukan kompres menggunakan air hangat. Atau, jika seseorang mengalami demam tinggi dapat diberikan obat penurun demam seperti parasetamol.

Namun, apabila gejala semakin memburuk dalam waktu 2-3 hari, misalnya lemah, muntah, gelisah, timbul pendarahan, dan sebagainya, maka penderita harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Pencegahan

Tipikal kamar mandi orang Indonesia, toilet duduk disertai bak air.worldnomads.com Tipikal kamar mandi orang Indonesia, toilet duduk disertai bak air.

Setelah mengetahui asal mula penyakit ini datang dari gigitan nyamuk yang banyak berkembang biak di dalam air, lakukan berbagai bentuk upaya pencegahan.

Pencegahan itu oleh Kemenkes dinamai dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus.

3M terdiri dari cara-cara berikut ini:

1. Menguras atau membersihkan tempat yang sering dijdikan tempat penampungan air, misalnya bak mandi, ember, tempat air minum, dan lain-lain.

2. Menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air agar nyamuk tidak bisa masuk dan menetaskan telurnya.

3. Memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular.

Sementara itu, Plus, adalah segala bentuk kegiatan pencegahan lain yang bisa dilakukan, seperti menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan yang sulit dibersihkan, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk atau tanaman pengusir nyamuk, menjaga kebersihan lingkungan rumah, menggunakan obat antinyamuk, dan sebagainya.

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: Gejala Demam Berdarah Dengue

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com