Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capai 1 Juta Kasus, Bagaimana Virus Corona Menyebar ke Seluruh Dunia?

Kompas.com - 04/04/2020, 09:01 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Virus tersebar di luar Wuhan

Pada 11 Januari, sebuah tim ilmuwan di Shanghai mengurutkan genom lengkap dari virus dan menerbitkannya di virological.org, sebuah forum diskusi online untuk para ahli epidemiologi.

Genom tersebut membantu ilmuwan dari seluruh dunia mengidentifikasi virus pada pasien. Setelah itu Thailand mengonfirmasi kasus pertamanya pada 13 Januari dan 3 hari kemudian disusul Jepang dengan 1 kasus.

Setelahnya kasus dilaporkan di Beijing dan provinsi Guangdong selatan pada 20 Januari. Pada hari yang sama pakar penyakit menular China Zhong Nanshan membenarkan di televisi pemerintah bahwa virus itu menyebar di antara manusia.

Segera setelahnya, kasus meningkat dengan cepat. Pemerintah China mulai memerintahkan langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran penyakit.

Pada 23 Januari Wuhan dikunci atau lockdown. Itu sehari sebelum liburan Tahun Baru Imlek selama sepekan. Transportasi dihentikan dan orang dibatasi untuk keluar masuk.

Karantina diperluas hingga kota-kota sekitar Wuhan dan akhirnya semua provinsi Hubei yang pada akhirnya mengunci 60 juta orang.

Baca juga: Pertama Kalinya Lonjakan Pasien Virus Corona Tanpa Gejala Terjadi di China

Meluas ke Asia

Polisi China mengawasi warga yang keluar masuk saat aturan karantina diterapkan.BBC Indonesia Polisi China mengawasi warga yang keluar masuk saat aturan karantina diterapkan.

WHO mendeklarasikan epidemi itu sebagai darurat kesehatan global pada 30 Januari. Hal itu memungkinkan negara-negara membuat berbagai kebijakan seperti pembatasan perjalanan.

Filipina melaporkan kematian pertamanya. Itu adalah kematian pertama di luar China. Setelahnya, gelombang infeksi mulai menyapu Asia.

Di Jepang, lebih dari 3.600 penumpang kapal pesiar Diamond Princess dikarantina 2 minggu di atas kapal sejak 5 Februari karena khawatir virus corona menyebar ke daratan.

Penyakit itu menyebar di kapal dan akhirnya menginfeksi sekitar 600 penumpang dan 6 meninggal. Ketakutan menyebar di kapal-kapal lain dari seluruh dunia. Banyak kapal tidak diizinkan berlabuh.

Korea Selatan sempat mencatat epidemi terbesar kedua di Asia setelah satu pasien ditemukan dari sekte keagamaan.

Namun, tes cepat membuat wabah di Korsel terkendali dalam beberapa minggu meski tanpa karantina, lockdown atau penutupan bisnis.

Baca juga: Virus Corona, Korea Selatan, dan Bantuan Rp 13 Juta untuk Warganya...

Episentrum wabah bergeser ke Eropa

Warga memakai masker mengantre di supermarket pada hari kedua lockdown Italia. Gambar diambil di Pioltello, dekat Milan, Rabu (11/3/2020).FLAVIO LO SCALZO/REUTERS Warga memakai masker mengantre di supermarket pada hari kedua lockdown Italia. Gambar diambil di Pioltello, dekat Milan, Rabu (11/3/2020).

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com