Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Peringatkan Negara-negara untuk Tidak Obati Pasien Covid-19 dengan Obat yang Belum Teruji

Kompas.com - 28/03/2020, 10:31 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan negara-negara agar tidak mengobati pasien yang terinfeksi virus corona dengan obat-obatan yang tidak teruji atau terbukti secara ilmiah untuk melawan patogen.

Adapun peringatan tersebut disampaikan pada Jumat (27/3/2020).

Dilansir dari SCMP, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan peringatan tersebut dikarenakan muncul lonjakan kasus infeksi virus corona di seluruh dunia.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Hal inilah yang mendorong otoritas kesehatan untuk mencari perawatan.

"Kami menyerukan semua individu dan negara untuk tidak menggunakan terapi yang belum terbukti efektif salam pengobatan Covid-19," ujar Tedros.

"Sejarah kedokteran dipenuhi dengan contoh-contoh obat yang bekerja di atas kertas, atau dalam tabung percobaan, tetapi tidak bekerja pada manusia, atau sebenarnya berbahaya," lanjut dia.

Tedros mencontohkan, beberapa obat yang dianggap efektif ternyata tidak seefektif obat-obatan lain, ketika obat tersebut dibandingkan selama uji klinis pada kasus endemi Ebola 2014 lalu.

Ia pun menegaskan, "kita harus mengikuti buktinya. Tidak ada jalan pintas".

Baca juga: Tanya Jawab Seputar Covid-19 pada Kehamilan, Melahirkan, dan Menyusui

WHO tidak sebut negara mana saja

Imbauan WHO untuk mengurangi risiko terpapar virus corona.WHO Imbauan WHO untuk mengurangi risiko terpapar virus corona.

Sementara itu, Tedros tidak menyebut siapa pun, termasuk Presiden AS, Donald Trump, yang mendapat kritik karena menggembar-gemborkan penggunaan obat malaria klorokuin sebagai pengobatan untuk pasien Covid-19.

Trump mempertahankan tujuannya untuk mulai menggunakan obat tersebut, terlepas dari peringatan WHO.

Namun, ketika ditanya dalam pengarahan yang berlangsung di Gedung Putih mengenai apakah dia akan terus mendorong konsumsi klorokuin untuk pengobatan, Trump menjawab: "Kami memiliki orang yang sekarat saat ini."

"Jika kita akan pergi ke laboratorium dan menguji semua ini membutuhkan waktu yang lama, kita dapat mengujinya pada orang-orang yang sekarang dalam masalah serius dan akan mati," kata Trump.

"Apabila berhasil, maka kami telah melakukan hal yang hebat. Tetapi, jika tidak berhasil, Anda tahu, kami sudah berupaya mencoba," lanjut dia.

Baca juga: Jumlah Kasus Corona di AS Terbanyak di Dunia Melebihi China

Awal mula dianjurkannya klorokuin di AS

Diketahui, pemimpin AS mulai mendorong untuk menggunakan klorokuin sebagai obat melawan Covid-19 sejak pekan lalu.

Dalam jumpa pers pada 19 Maret 2020, Trump, merujuk pada obat tersebut dan mendorong penggunaan klorokuin untuk pengobatan Covid-19.

Tak lama setelah itu, FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan AS) mengungkapkan, klorokuin belum disetujui efektif untuk mengobati virus corona dan masih diperlukan lebih banyak tes untuk menentukan keamanan dan keefektifannya.

Kemudian, pakar penyakit menular AS, dr. Anthony Fauci mengungkapkan, ada bukti bahwa klorokuin bekerja melawan SARS-CoV-2.

Baca juga: Berikut Protokol Kesehatan jika Alami Gejala Virus Corona

Menurut Fauci, upaya untuk membuktikan kemanjuran obat dalam melawan penularan yakni tidak dilakukan dalam uji klinis terkontrol, sehingga Anda benar-benar tidak dapat membuat pernyataan yang pasti mengenai hal itu.

Banyak media AS melaporkan kekurangan klorokuin dan hydroxychloroquine (turunan baru klorokuin yang juga digunakan untuk malaria), karena kasus Covid-19 mulai melonjak di AS.

Kendati demikian, Tedros juga memperingatkan bahwa penggunaan obat yang tidak berlabel (resep obat yang disetujui untuk tujuan lain yang tidak disetujui), untuk mengobati Covid-19 tidak digunakan.

Sebab, hal itu menimbulkan potensi ancaman kesehatan bagi banyak orang yang tidak terinfeksi penyakit baru.

"Kita perlu memastikan bahwa menggunakan obat-obatan yang tidak terbukti tidak membuat kekurangan obat-obatan utuk mengobati penyakit yang terbukti efektif," imbuh Tedros.

Baca juga: Update, Berikut 15 Negara yang Berlakukan Lockdown akibat Virus Corona

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Kenali Gejala Awal Terinfeksi Virus Corona dari Hari ke Hari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Mengonsumsi Daun Sambung Nyawa

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Mengonsumsi Daun Sambung Nyawa

Tren
Korlantas Polri: Nomor SIM Akan Diganti NIK KTP mulai 2025

Korlantas Polri: Nomor SIM Akan Diganti NIK KTP mulai 2025

Tren
Bisakah Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan Cair Sebelum Pensiun?

Bisakah Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan Cair Sebelum Pensiun?

Tren
Ini Nasib Barang yang Tertahan Bea Cukai tapi Tidak Diambil Pemiliknya

Ini Nasib Barang yang Tertahan Bea Cukai tapi Tidak Diambil Pemiliknya

Tren
Panggung Kampanye Capres di Meksiko Roboh, 9 Orang Meninggal dan Puluhan Luka-luka

Panggung Kampanye Capres di Meksiko Roboh, 9 Orang Meninggal dan Puluhan Luka-luka

Tren
Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Tren
Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Tren
Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Tren
6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

Tren
7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

Tren
Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com