Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Lama Bermain Gadget Bisa Pengaruhi Mental Anak, Benarkah?

Kompas.com - 01/03/2020, 07:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bermain gadget dengan berbagai aplikasi juga games di dalamnya sudah menjadi hal umum dilakukan oleh anak-anak yang tumbuh di era serba digital ini.

Ketimbang bermain bersama teman di ruang terbuka yang melibatkan aktivitas fisik, anak-anak sekarang dinilai lebih menggemari berlama-lama dengan ponsel pintar yang diberikan orang tuanya.

Berjam-jam waktu bisa mereka habiskan hanya untuk bermain game atau membuka aplikasi-aplikasi lain di ponsel. Tak jarang, orangtua merasa kuwalahan untuk membatasi kebiasaan anak ini.

Selain tidak produktif, orang tua juga banyak yang mendapati anaknya menjadi lebih apatis karena terlalu lama bermain dengan gadgetnya.

Seberapa tinggi sebenarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh kecanduan hape ini terhadap emosional seorang anak?

Baca juga: Viral Bayi di Brasil Cemberut saat Baru Dilahirkan, Ini Kata Fotografernya..

Kecanduan

Sebuah jurnal yang diunggah di Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences dengan judul "The Relationship between the Duration of Playing Gadget and Mental Emotional State of Elementary School Students" (2019) menjelaskan hal itu.

Dari penelitian yang dilakukan, diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara emosi mental dan durasi bermain gadget pada 103 siswa-siswa SD yang menjadi obyek penelitian.

Anak-anak yang terlalu banyak menggunakan gadget bisa menyebabkan kecanduan yang ditandai dengan meminta waktu tambahan bermain gadget jika batasan yang ditentukan telah habis.

Jika sudah berpengaruh pada mental, anak-anak bisa menggunakan kekuatannya untuk memukul, bertindak agresif, dan menangis.

Sementara khusus pada anak-anak laki-laki, dampak terlalu banyak bermain gadget bisa menimbulkan tindak kekerasan karena lebih agresif dan emosi belum terkontrol.

Sehingga banyak terjadi kasus pertengkaran yang melibatkan sesama laki-laki.

Baca juga: Pangkalan Militer Rahasia Perancis Diserang Virus Corona

Kurang sensitif

Selain itu, penggunaan gadget untuk durasi lama bisa memengaruhi level agresif pada anak-anak. Selain itu, anak menjadi tidak sensitif terhadap lingkungan di sekitarnya.

"Anak-anak bisa lupa untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan keluarga mereka, dan itu akan berdampak negatif pada perkembangan sosial anak-anak," bunyi penelitian tersebut. 

Ini kebanyakan terjadi pada anak-anak yang bermain gadget selama 6-7 hari dalam seminggu.

Untuk itu, disarankan kepada orangtua dan guru untuk dapat membatasi penggunaan gadget pada anak-anak.

Durasi yang disarankan adalah harus kurang dari 40 menit dan diberikan dalam frekuensi maksimal 2 kali per harinya.

Selain itu, untuk hasil lebih baiknya gadget diberikan hanya dalam 1-3 hari per minggunya.

"Untuk petugas kesehatan dan sekolah dapat melakukan upaya konseling tentang penggunaan berlebihan gadget dan melakukan deteksi dini," papar penelitian tersebut. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com