Tak ada yang salah dengan cara ini, tetapi Yusuf menekankan, yang terpenting adalah pemisahan sampahnya.
"Ya itu bagus, lebih baik, dia (kuman di masker) kan tertutup. Tapi dia (masker) pembuangan akhirnya ke mana? Sah-sah saja, tapi kan kalau pembuangannya enggak terpisah, sama saja," kata Yusuf.
Yang terpenting, kata Yusuf, limbah masker jangan dibakar.
"Jangan dibakar sendiri, dibakar sih enggak boleh. Kalau dibakar sendiri, pembakaran akan menyebabkan pencemaran," lanjut dia.
"Jadi seharusnya yang betul ada yang membawa, ada perusahaan yang khusus membawa limbah medis. Cuma kan di masyarakat saya juga masih bingung, cuma sedikit (limbah masker), siapa yang mau bawa limbahnya dia," ujar Yusuf.
Baca juga: Kisah Yusuf Nugraha, Dokter dengan Tarif 10 Botol Plastik Bekas
Dokter Yusuf juga menjelaskan terdapat dua jenis masker, yakni masker bedah dan masker respirator (N95).
Masker bedah adalah masker yang sering digunakan oleh masyarakat dengan bagian luar berwarna hijau, maupun warna lainnya.
Masker jenis ini berfungsi untuk menyaring tetesan cairan yang berasal dari bersin atau batuk seseorang yang mungkin saja mengandung virus.
"Kalau masker N95 itu memang proteksinya lebih baik dari masker bedah, masker ini menghalangi lebih dari 95 persen partikel, jadi lebih efektif untuk menghalau partikel-partikel yang mungkin di dalamnya ada virus," kata dr. Yusuf.
Masker jenis inilah yang beberapa waktu lalu dikirimkan oleh Pemerintah Indonesia ke Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di China.
Bagaimana cara penggunaan masker yang benar?
"Bagian berwarna hijau itu di luar, yang putih untuk di dalam," ujar dia.
Selain itu, bagian masker yang terdapat bagian keras, sejenis kawat yang bisa dibengkokkan, ada di sisi atas.
"Kemudian di masker bedah ada galurnya (lipatannya). Jadi kenapa kerasnya harus di atas, itu karena galurnya ketika batuk, droplets-nya ketahan di situ. Jadi lipatan itu fungsinya menahan partikel-partikel itu," kata dr. Yusuf.
Sementara, jika penggunaannya terbalik, maka bakteri yang tersaring dan seharusnya tertahan di bagian lipatan justru akan jatuh ke bawah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.