Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Negatif Corona, Langkanya Masker Wajah, dan Naiknya Harga Kebutuhan Pokok

Kompas.com - 16/02/2020, 18:30 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

Sumber SCMP

KOMPAS.com - Indonesia belum secara resmi mengonfirmasi satu kasus virus corona

Padahal virus tersebut telah menginfeksi puluhan ribu orang dan merenggut 1.669 nyawa.

Namun warga di negara kepulauan berpenduduk 260 juta ini mulai cemas dan memborong perbelanjaan di sejumlah toko.

Pertanyaannya adalah mengapa?

Borong masker, disinfektan dan pembersih lantai

Melansir South Morning China Post (15/2/2020), pelanggan yang khawatir  memasukkan barang-barang yang bersifat tahan lama ke troli belanja.

Sejumlah barang seperti masker wajah, disinfektan, dan pembersih lantai menghilang dari rak, tanpa tersedia stok pengganti.

Kekhawatiran warga dengan memborong belanjaan merupakan contoh dampak yang timbul lantaran merebaknya wabah virus corona dan telah terjadi di Singapura, Hong Kong dan Jepang.

Hal yang sama sekarang terjadi di Indonesia.

Sejumlah barang seperti masker, tisu antiseptik, dan pembersih rumah semuanya habis terjual. Hal tersebut terjadi di apotek baik yang berada di pusat perbelanjaan mewah maupun daerah kumuh di Jakarta dan daerah sekitarnya pada Kamis dan Jumat pekan ini.  

Terdapat laporan serupa bahwa di beberapa kota di Indonesia telah kekurangan masker wajah.

Baca juga: Kominfo Imbau Waspada Penyebaran Virus Corona Lewat Kiriman Pos, Simak Infonya di Sini

"Ada kesalahpahaman bahwa mengenakan masker adalah kebutuhan dasar," ungkap Wiendra Waworuntu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular di Jakarta kepada kantor berita Antara.

"Faktanya, kebutuhan dasar adalah mengonsumsi makanan bergizi dalam diet seimbang, cukup istirahat, dan jika Anda merasa tidak enak badan, segera periksakan ke fasilitas kesehatan," kata dia.

Meski kekhawatiran itu nyata, tetapi beberapa orang di ibu kota melihat faktor lain juga berperan sehingga menimbulkan istilah "pra-penimbunan" dan "pra-panik".

“Beberapa pihak mencoba mengambil keuntungan. Ekonomi terdiri dari komponen penawaran dan permintaan, jadi mereka melakukannya untuk keuntungan finansial mereka sendiri, karena orang-orang takut, ”kata Indra Murida, ketika dia menyantap bubur di warung pinggir jalan deket sebuah perusahaan asuransi tempatnya bekerja.

“Tapi saya khawatir. Saya kira semua orang khawatir, bukankah Anda khawatir? Saya percaya kekebalan tubuh saya baik, tetapi di Singapura, mereka memborong semuanya,” ungkap dia.

Baca juga: WHO Takjub Indonesia Gerak Cepat Minimalisir Penyebaran Virus Corona

Halaman:
Baca tentang
Sumber SCMP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com