Mengonfirmasi pesan itu, Kompas.com menghubungi Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Anung Sugihantono, M.Kes, mengatakan, pesan ini muncul sejak tahun 2015.
"Itu berita hoaks sejak tahun 2015 yang lalu," kata Anung saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (3/1/2020) siang.
Pada tahun 2015, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga mengeluarkan klarifikasi tentang vaksin penyebab autisme ini melalui surat resmi.
Dalam keterangan itu disebutkan, thimerosal telah digunakan secara luas dalam berbagai sediaan farmasi, seperti caksin, antibodi buatan atau imonoglobulin, antiserum, dan obat tetes mata untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme terhadap vaksin.
"Juga berfungsi sebagai stabilisator dan meningkatkan imunogenitas (kemampuan imunitas) vaksin," demikian bunyi keterangan resmi tersebut.
Menurut Kemenkes, telah ada pembuktian ilmiah yang mendukung trimerosal tidak berhubungan dengan timbulnya autisme.
Hal ini telah dipublikasikan sejak tahun 2002.
"Belum ada bukti yang mendukung bahwa thimerosal pada vaksin berpengaruh terhadap perkembangan syaraf anak/terhadap gangguan sistem syaraf," demikian bunyi keterangan Kemenkes.
Manfaat vaksinasi lebih besar dibandingkan risiko adanya thimerosal di dalam vaksin.
Dalam surat resmi Kemenkes juga disebutkan, ITAGI besama Satgas Imunisasi IDAI telah melakukan kajian dan akan menginformasikan lebih luas hasil kajian tersebut.
Masyarakat diimbau tidak terpengaruh terhadap rumor ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.