Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Peringatan Hari Uang dan Kisah di Baliknya

Kompas.com - 30/10/2019, 06:33 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Harian Kompas, 26 Oktober 1974 mewartakan, ORI tampil dalam bentuk uang kertas dan berisi tanda tangan Menteri Keuangan.

Pada bagian mukanya, tercetak kata-kata Jakarta, 17 Oktober 1945. Kemudian pada bagian belakang tercetak kata-kata peringatan terhadap mereka yang mencoba meniru atau memalsukan ORI.

Meski saat itu ORI belum sampai ke seluruh pelosok Indonesia, namun rakyat sangat bangga karena bangsa ini sudah memiliki alat tukar sendiri.

Pengerjaan ORI

Sebelum resmi diedarkan, ORI dicetak di beberapa tempat. Persiapan pencetakan ORI sebenarnya sudah dimulai pada tanggal 24 Oktober 1945, ketika Menkeu Mr A.A. Maramis menginstruksikan Serikat Buruh Percetakan G Kolf Jakarta, untuk bertindak sebagai pencari data untuk menemukan percetakan uang dengan teknologi relatif modern dan memadai.

Akhirnya dipilihlah percetakan G Kolf Jakarta serta Percetakan Nederlands Indische Metaalwaren en Emballage Fabrieken (NIMEF) di Kendalpayak, Malang, sebagai pabrik pencetak ORI.

Meski begitu, pemberitaan Harian Kompas, 14 Agustus 1970 menyebutkan, pengerjaan pencetakan ORI pada awalnya dilakukan di Surabaya. Tetapi adanya Pertempuran 10 November melenyapkan hasil usaha yangbaru saja dimulai tersebut.

Kemudian pengerjaan ORI dilanjutkan di kota lain, yaitu Jakarta. Para anggota Panitia Dua saat itu bekerja dengan sembunyi-sembunyi. Akhirnya setelah usaha yang dilakukan, para anggota Panitia Dua berhasil menyelesaikan sebagian tugasnya.

Namun pekerjaan yang telah selesai sebagian tersebut harus tertunda akibat suhu politik yang keruh saat itu mengganggu keamanan. Pencetakan uang kemudian berpindah lagi. Kali ini, kota yang menjadi tujuan adalah Yogyakarta.

Pemindahan pekerjaan ini mengakibatkan kertas yang menjadi bahan baku uang juga harus dipindahkan ke Kota Yogyakarta dari pabrik kertas di Padalarang secara sembunyi-sembunyi.

Salah satu tokoh yang berperan dalam mengungsikan bahan baku ini adalah Amat Sumadisastra yang merupakan salah seorang pemimpin pabik kertas Padalarang.

Adapun mesin cetak yang diguanakan di Yogyakarta saat itu menggunakan duabuah stopcylinder Augsburg 65 x 50.

Nilai ORI

Setelah resmi beredar, ORI mulai menggantikan alat tukar lain yang saat itu masih berlaku di Indonesia. Masyarakat pun juga mulai menukarkan uang mereka dengan ORI.

Adapun dasar penukaran ORI ditentukan berdasarkan darah. Untuk wilayah Jawa dan Madura, maka uang Jepang bernilai f.50 disamakan dengan ORI dengan nilai Rp 1.

Kemudian bagi masyarakat di luar Jawa dan Madura, maka uang jepang f. 100 disamakan dengan ORI Rp 1. Selain itu, ORI bernilai Rp 10 sama dengan emas murni 5 gram.

Saat itu, ORI yang beredar di masyarakat terdiri dari pecahan-pecahan senilai satu sen, sepuluh sen, setengah rupiah, satu rupiah, lima rupiah, sepuluh rupiah, dua puluh lima rupiah, dan seratus rupiah.

ORIDA

Meski ORI resmi beredar dan menjadi alat tukar di Indonesia, namun saat itu beredar pula ORI dengan macam-macam jenisnya. Tidak seperti mata uang Rupiah yang saat hanya memiliki satu jenis, ORI kala itu memiliki beberapa jenis.

Pada saat itu, ORI yang beredar di Jawa berbeda dengan ORIPS yang diedarkan di Sumatera. Pada masa perjuangan 1947-1949, dikenal berbagai mata uang yang dikeluarkan di daerah.

Beberapa daerah memiliki versi ORI sendiri-sendiri yang dikeluarkan di daerah atau OERIDA (Oeang Repoeblik Indonesia Daerah), sepeti uang ORITA di Tapanuli, ORIPSU dan ORIBA di Sumatera Utara dan Aceh, serta berbagai ORI lain yang dicetak di daerah-daerah seluruh Indonesia.

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

Tren
Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com