Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peristiwa Sejarah 31 Januari: Hari Lahir Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari, kakek dari Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 16 Rajab 1344 H di Surabaya, Jawa Timur.

Dalam jurnal Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (2016) oleh Muhammad Masyhuri, NU adalah organisasi keagamaan yang sudah berperan aktif sejak masa perjuangan kemerdekaan Indonesia sampai saat ini.

Salah satu peran penting NU masa itu adalah menentang semua kebijakan pemerintah kolonial, khususnya di bidang pendidikan yang menyengsarakan rakyat pribumi pada masa penjajahan.

Pasalnya, Belanda telah bersikap tidak adil dalam hal administrasi sekolah yang mengintimidasi dan mengancam eksistensi sekolah, pesantren, dan guru sekolah.

Untuk memperingati Hari Lahirnya Nahdlatul Ulama, mari simak sejarah dan perannya berikut ini.

Sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama

Sejarah terbentuknya Nahdlatul Ulama tidak terlepas dari peranan tiga tokoh penting, yaitu KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri.

Berdirinya NU bermula dari dibentuknya kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari sejumlah ulama.

KH Wahab Chasbullah membentuk kelompok diskusi bernama Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran atau disebut juga Nahdlatul Fikr atau Kebangkitan Pemikiran pada 1914.

Adapun tujuan didirikannya Nahdlatul Fikr adalah untuk memberikan layanan pendidikan sosial-politik kepada kaum santri.

Dua tahun kemudian, tahun 1916, para kiai pesantren mendirikan organisasi baru bernama Nahdlatul Wathan atau Kebangkitan Tanah Air, yang tujuannya adalah untuk melawan penjajahan Belanda.

Kemudian pada 1918, organisasi serupa juga turut dibentuk yang disebut Nahdlatul Tujjar atau Kebangkitan Saudagar.

Setelah ketiga organisasi tersebut lahir, muncul inisiatif untuk menggabungkannya menjadi satu-kesatuan.

Tujuannya adalah agar organisasi ini bisa lebih kuat dan memiliki cakupan yang lebih luas.

Tidak hanya itu, penggabungan ini juga dilakukan untuk menyikapi sejumlah masalah yang muncul pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, seperti masalah agama, sosial, dan kebangsaan.

Menindaklanjuti ide tersebut, para kiai kemudian berdiskusi mengenai nama organisasi yang akan mereka gunakan dan lahirlah nama Nuhudlul Ulama, yang artinya Kebangkitan Ulama.

Akan tetapi, KH Mas Alwi Abdul Aziz kemudian mengusulkan nama Nahdlatul Ulama.

Usulan nama tersebut pun disetujui oleh para kiai lain.

Pada akhirnya, disepakati berdirinya Nahdlatul Ulama atau Kebangkitan Ulama pada 31 Januari 1926.

Peran NU pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia

Dalam jurnal Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan (2016) oleh Amin Farih, sejak kelahirannya, NU telah dijadikan wadah perjuangan untuk menentang berbagai bentuk penjajahan dan terus melakukan dakwah agar kesatuan Republik Indonesia terus terjaga.

Dakwah untuk menghimpun kekuatan melawan penjajahan Belanda merupakan salah satu bagian dari perjuangan NU sebagai bentuk cintanya terhadap Tanah Air.

Hasilnya, lahir laskar-laskar perjuangan fisik yang meliputi para ulama, santri, dan umat Islam, yang siap berjuang menegakkan agama dan bangsa Indonesia dari para penjajah.

Tidak hanya perjuangan fisik, NU juga menentang semua kebijakan pemerintah kolonial yang dianggap telah menyengsarakan rakyat pribumi.

Salah satu upaya yang dilakukan NU adalah dengan melawan diskriminasi dalam bidang pendidikan.

Sebab, Belanda dipercaya telah melakukan ketidakadilan dalam hal administrasi sekolah yang mengintimidasi dan mengancam sekolah, pesantren, dan guru sekolah.

KH Hasyim Asy’ari mewujudkan perjuangannya itu dengan cara mendirikan Pesantren Tebuireng sebagai lembaga pendidikan sekaligus bentuk perlawanan atas modernisasi penjajah untuk menindas rakyat pribumi.

Kemudian, menjelang kemerdekaan Indonesia, putra dari KH Hasyim Asy’ari, yaitu KH Abdul Wachid Hasyim bergabung sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Peran NU setelah kemerdekaan Indonesia

Meskipun proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, perjuangan NU dalam melawan penjajah kolonial masih terus berlanjut.

Pasalnya, Belanda dengan membonceng NICA (Pemerintah Sipil Hindia Belanda) kembali ingin menjajah Indonesia.

Kondisi ini lantas mendorong NU yang ikut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia ingin kembali berjuang untuk mempertahankan NKRI.

Terlebih lagi, Presiden Soekarno juga mengirim utusan untuk menghadap langsung KH Hasyim Asy’ari.

Lewat utusannya, Presiden Soekarno bertanya mengenai hukum membela Tanah Air.

Dari pertanyaan Presiden Soekarno itu, muncullah Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama yang ditandatangani oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.

Isi Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama adalah pernyataan dan fatwa hukum bahwa seluruh umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, wajib hukumnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Berkat resolusi ini, para santri dan ulama di Jawa dan Madura pun semakin semangat melakukan perlawanan terhadap Belanda dan Sekutu.

Bertepatan dengan 31 Januari Hari Lahir NU ini, mari teladani nilai-nilai perjuangan salah satu organisasi ini.  

https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/31/070000465/peristiwa-sejarah-31-januari--hari-lahir-nahdlatul-ulama

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke