Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Cerebral Palsy, Apakah Ganja Satu-satunya Terapi?

KOMPAS.com - Potret seorang ibu saat Car Free Day (CFD) Jakarta pada Minggu (26/6/2022) lalu, ramai di media sosial.

Aksinya menarik simpati publik usai foto dan kisahnya dibagikan oleh penyanyi Andien Aisyah di akun Twitter pribadi pada Minggu (26/6/2022).

Adalah sang ibu Santi Warastuti yang membawa papan bertuliskan "Tolong anakku butuh ganja medis".

Kepada Andien, ia bercerita bahwa anaknya menderita cerebral palsy dan membutuhkan minyak ganja atau CBD oil untuk terapi.

Namun, terapi tersebut terhambat lantaran penggunaan ganja yang ilegal dan dilarang di Indonesia.

Adapun hingga kini, ganja termasuk narkotika golongan I yang penggunaannya dilarang Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (UU Narkotika).

Narkotika golongan I sendiri adalah jenis narkotika yang memiliki kadar ketergantungan tinggi dan tidak diperuntukkan bagi pengobatan medis atau terapi.

Lantas, apakah ganja satu-satunya terapi bagi penderita cerebral palsy?

Tak bisa hanya dengan satu terapi

Cerebral palsy adalah penyakit atau kelainan yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh seseorang.

Dikutip dari Mayo Clinic, cerebral palsy bisa terjadi karena adanya kerusakan pada otak yang belum matang saat perkembangan anak. Kondisi ini paling sering terjadi sebelum kelahiran anak.

Ahli penyakit dalam sekaligus chairman Junior Doctors Network (JDN) Indonesia dr Andi Khomeini Takdir menjelaskan, terdapat beberapa tingkatan keparahan cerebral palsy.

Pada tingkatan ringan, pasien cerebral palsy bisa melakukan aktivitas esensial, seperti makan, dan berjalan dalam jarak pendek, tanpa bantuan orang lain.

Sementara pada tingkatan berat, dalam aktivitas sehari-harinya memang membutuhkan bantuan dari orang lain.

Adapun pada pasien cerebral palsy, Andi mengungkapkan bahwa tidak bisa hanya mengandalkan satu modalitas terapi.

Melainkan, harus melibatkan ahli atau dokter dengan kompetensi yang berbeda-beda.

"Jadi ini akan diterapi multidisiplin. Anak atau pasien yang mengalami cerebral palsy itu akan membutuhkan bantuan dari lintas dokter dengan kompetensi masing-masing," kata Andi, saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/6/2022).

Andi mencontohkan, beberapa dokter yang akan terlibat, seperti dokter spesialis tumbuh kembang anak, dokter rehabilitasi medis, dokter neurologi, dan dokter spesialis gizi.

Ganja bukan satu-satunya

Ia melanjutkan, ada beberapa kandidat obat atau terapi untuk cerebral palsy, baik obat-obatan sintetik maupun tanaman obat.

Namun demikian, masih dibutuhkan riset mendalam terkait kandidat obat tersebut.

"Tapi kita masih perlu jalan yang cukup panjang dalam hal ini untuk menyelesaikan riset dan development (pengembangan) dari kandidat obat-obat itu," ujar Andi.

"Dan ini kita belum bisa mengatakan bahwa satu modalitas terapi atau satu obat-obatan tertentu itu, maka semua permasalahan selesai," lanjutnya.

Hal tersebut berlaku juga untuk penggunaan ganja sebagai terapi bagi pasien cerebral palsy.

Menurut Andi, persoalan ganja medis memerlukan kajian lebih lanjut, baik dari kedokteran maupun bidang lain.

Pasalnya, ganja tergolong zat adiktif dan digolongkan sebagai narkotika yang mana riset atau penelitiannya pun membutuhkan izin, pengawalan, serta pemantauan dari instansi terkait.

Andi juga menekankan, satu atau dua kasus cerebral palsy yang membaik karena terapi ganja, belum tentu akan memiliki manfaat sama apabila diaplikasikan kepada pasien lain.

"Kita belum bisa generalisir apakah dengan pendekatan yang sama, maka pasien-pasien yang lain pun akan mendapatkan manfaat yang sama," ujar dia.

Menurutnya, Indonesia belum sampai pada tahap pemanfaatan ganja untuk keperluan medis.

Selain itu, ia mengimbuhkan, saat ini masih ada modalitas terapi selain ganja yang bisa dioptimalkan untuk membantu pasien cerebral palsy.

"Jadi lagi-lagi, sekarang kita punya banyak modalitas sebenarnya yang masih bisa dioptimalkan untuk mencoba membantu pasien-pasien cerebral palsy dengan berbagai tingkatan keparahan mereka," ungkap Andi.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/28/130000265/mengenal-cerebral-palsy-apakah-ganja-satu-satunya-terapi-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke