Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Fakta tentang Varian Deltacron, Apa Saja?

KOMPAS.com – Ilmuwan telah mengonfirmasi kemunculan rekombinasi varian Delta-Omicron di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.

Kemunculan rekombinasi kedua varian tersebut secara tidak resmi disebut sebagai Deltacron.

Dikutip dari Guardian, Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) mengatakan bahwa varian ini telah teridentifikasi di beberapa wilayah, seperti Perancis, Denmark, Belanda, dan Inggris.

Di Inggris, GISAID menyebut 30 kasus varian Deltacron telah teridentifikasi.

Kendati demikian, para peneliti mengimbau agar masyarakat tidak panik dengan kemunculan varian Deltacron ini.

Berikut 4 fakta varian Deltacron yang perlu diketahui masyarakat:

1. Mirip varian Omicron

Deltacron ditemukan pada awal 2022 yang merupakan akhir gelombang Delta. Setelah itu, kemunculannya sempat jarang teridentifikasi lagi.

Di sisi lain, pada awal 2022 justru menjadi puncak gelombang Omicron bagi Indonesia.

Oleh sebab itu, dikutip dari Kompas.com, Senin (14/3/2022), varian Deltacron mungkin akan menjadi subvarian Omicron.

Ahli patologis klinis sekaligus Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (RS UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, banyaknya mutasi Omicron membuat subvariannya berisiko mengandung mutasi yang sama dengan varian sebelumnya. Begitu juga dengan rekombinasi Delta-Omicron atau Deltacron.

“Tapi ciri varian Omicron tetap yang dominan. Jadi sejauh ini, varian hasil rekombinasi ini dimasukkan sebagai subvarian Omricron,” jelasnya.

Berdasarkan struktur kimiawi, bagian protein S pada Deltacron juga sangat mirip dengan varian Omicron.

Akibatnya, tubuh yang terpapar varian Deltacron akan mengenalinya sebagai varian Omicron.

Tersusun dari struktur kimiawi yang sangat mirip dengan Omicron, varian Deltacron disebutkan memiliki efek serupa, yakni mudah menyebar dengan derajat gejalanya tidak begitu signifikan.

Kendati telah ditemukan di beberapa negara, kasus Deltacron ini masih jarang terjadi.

Sejumlah ahli menduga rekombinasi Delta-Omicron ini tidak akan menimbulkan masalah yang signifikan.

Bahkan, para peneliti mengimbau agar masyarakat tidak pelu khawatir atas kemunculan varian Deltacron.

"Ini (Deltacron) telah terlihat di Inggris beberapa kali, dan sejauh ini tampaknya sangat langka di dunia dan hanya beberapa kasus di antara jutaan Omicron," kata Dr Jeffrey Barrett, yang sebelumnya merupakan pemimpin inisiatif genomik Covid-19 di Wellcome Trust, dikutip dari Kompas.com, Minggu (13/3/2022),

“Jadi saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini, meski saya yakin akan terus dipantau,” imbuhnya.

Selain masih jarang terjadi, varian Deltacron secara resmi juga belum bisa dikatakan sebagai ‘varian’.

"Disebut ‘varian’ jika menghasilkan sejumlah kasus yang besar," kata William Hanage, ahli epidemiologi di Harvard TH Chan School of Public Health.

"Jadi tidak menimbulkan banyak kasus, masyarakat tidak perlu khawatir," imbuhnya.

Meskipun kasus varian Deltacron sudah terkonfirmasi, namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa tingkat keparahan virus Corona yang terjadi di masyarakat tidak mengalami perubahan.

Artinya, tingkat keparahan pasien Covid-19 masih sama seperti varian sebelumnya yang telah mendominasi, yakni Omicorn.

Selain itu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) juga menyatakan, varian Deltacron tidak menunjukkan tingkat pertumbuhan yang mengkhawatirkan.

Kendati demikian, Pimpinan Teknis WHO untuk Covid-19 Maria Van Kerkhove mengatakan, pihaknya tetap melakukan tracking dan terus mengkaji varian Deltacron ini sebagaimana ditulis dalam laman twitter-nya.

4. Deltacron belum ditemukan di indonesia

Diberitakan Kompas.com, Senin (14/3/2022), Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting mengatakan, kasus varian Deltacron belum ditemukan di Indonesia.

"Sampai saat ini belum dilaporkan oleh lab biomolekuker Indonesia," ujarnya.

Kendati demikian, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) sesuai anjuran Satgas Covid-19.

Upaya tersebut dimaksudkan untuk mencegah kemunculan rekombinasi varian Deltacron di Indonesia.

(Sumber: Kompas.com/Diva Lufianan Putri, Luthfiana Ayu Azanella, Alinda Hardiantoro | Editor: Inten Esti Pratiwi, Rizal Setyo Nugroho)

https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/15/101200365/4-fakta-tentang-varian-deltacron-apa-saja-

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke