Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Klitih yang Terus Memakan Korban dan Kecurigaan Isu yang Sengaja Dibesarkan...

KOMPAS.com - Belakangan, media sosial kembali diramaikan dengan munculnya klitih atau begal yang meresahkan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Ini berawal dari cerita seorang warganet yang mengaku menjadi korban klitih hingga melukai tangannya.

Tak butuh waktu lama, isu klitih tersebut kembali menyeruat ke publik, tagar terkait pun mulai bermunculan, termasuk #YogyaTidakAman dan #SriSultanYogyaDaruratKlitih.

Terbaru, seorang pemuda diduga menjadi korban klitih di daerah Lempuyangan, Yogyakarta.

Cerita pemuda itu pertama kali diunggah oleh akun ini di media sosial Twitter pada 1 Januari 2021.

"Dapat info dari teman. Kalau rekannya di kampung, pagi tadi menjadi korban klitih," tulis akun tersebut.

Menurut akun itu, korban sempat dilempari batu sebelum akhirnya dibacok setelah jatuh dari motor.

Unggahan itu pun banyak mendapat respons dari berbagai pihak, termasuk akun resmi Polda DI Yogyakarta.

"Kasus ini sudah ditangani Polresta Yogyakarta," tulis akun @PoldaJogja.

Berdasarkan Kamus Bahasa Jawa SA Mangunsuwito, kata klitih merupakan bentuk kata ulang yaitu klitah-klitih yang bermakna jalan bolak-balik agak kebingungan.

Istilah klitih marak di pemberitaan media sekitar 2016. Saat itu, tercatat ada 43 kasus kekerasan yang melibatkan remaja.

Bahkan rata-rata polisi menangani 3 kasus klitih dalam satu bulan.

Kendati demikian, kriminal yang melibatkan remaja ini bukan hal baru di Yogyakarta, tetapi sudah ada sejak 1990-an.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X angkat bicara mengenai polemik klitih di daerahnya yang kembali ramai.

Hal itu diungkapkannya saat bertemu Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa (Jumat (31/12/2021).

Sri Sultan curiga, fenomena klitih belakangan ini merupakan ulah pihak-pihak tak bertanggung jawab yang sengaja membesar-besarkan isu tersebut.

Hal itu dilakukan guna merusak citra Togyakarta yang selama ini dikenal aman dan nyaman.

"Mungkin teman-teman tidak merasa kalau (penyebaran isu klitih) itu by design. Sehingga malah kedowo-dowo (berkepanjangan) permasalahannya," kata Sri Sultan, dikutip dari Kompas TV.

"Jadi, (tujuannya) supaya klitih ini diperpanjang terus menjadi sesuatu yang akhirnya menyatakan Yogya tidak aman dan nyaman," sambungnya.

Menurutnya, aparat keamanan di Yogyakarta telah berusaha mengatasi masalah kejahatan jalanan dengan menangkap para pelakunya.

Ia berharap, maraknya klitih belakangan tak mengganggu pariwisata DIY.

Sri Sultan menuturkan, pihaknya memiliki opsi pembukaan kembali sebuah tempat yang dulu bernama Prayuwana di sekitar Alun-alun Selatan dan Tlogo Putri, Kaliurang, Sleman.

Prayuwana sendiri semasa kecil Ngarsa Dalem merupakan tempat untuk membina anak-anak yang orangtuanya kewalahan dalam melakukan pembinaan kepada anak-anaknya.

"Hanya dulu, pada waktu saya kecil ya, itu kalau di Alun-alun kidul (selatan) sama di Kaliurang, di Tlogoputri itu ada tempat pendidikan anak nakal. Di mana kalau orangtuanya kewalahan itu diserahkan pada provinsi, untuk dibina, dididik. Itu dulu ada, Namanya Prayuwana," jelas dia, dikutip dari Kompas.com.

Akan tetapi, dibutuhkan kajian lebih dalam untuk membuka kembali Prayuwono tersebut mengingat saat ini zaman sudah berkembang.

Menurut Sri Sultan, opsi tersebut lebih memungkinkan dibandingkan dengan pembinaan anak pelaku klitih yang membutuhkan biaya besar, yaitu antara Rp 3 juta-Rp 4 juta.

Upaya pemkot dan kepolisian

Untuk mencegah klitih, Pemerintah Kota Yogyakarta akan melakukan sejumlah langkah pencegahan, termasuk menambah lampu penerang jalan, CCTV, dan kerja sama dengan rumah pribadi yang memiliki CCTV.

Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, saat ini lampu penerangan jalan dan CCTV dihidupkan secara keseluruhan untuk mempermudah pemantauan.

Sementara itu, Polda DIY akan menggencarkan patroli dan dilakukan dalam skala besar.

"Termasuk nanti kegiatan pencegahan juga kami akan menggelar setiap hari itu patroli dalam skala besar, baik itu ditingkat Polda, Polres kemudian Polsek. Itu yang akan kita lakukan," kata Wakapolda DIY Brigjen Pol R Slamet Santoso.

Slamet Santoso memastikan akan menindak tegas dan memproses hukum para pelaku klitih untuk memberikan efek jerah.

Sebagai upaya preventif lainnya, Polda DIY juga akan menggelar berbagai pembinaan dan penyuluhan, baik di desa maupun di sekolah.

(Sumber: Kompas.com/Wisang Seto Pangaribowo, Wijaya Kusuma, Rosy Dewi Arianti Saptoyo | Ardi Priyatno Utomo, Kadek Wira Aditya, Pythag Kurniati, Rizal Setyo Nugroho)

https://www.kompas.com/tren/read/2022/01/02/090400065/klitih-yang-terus-memakan-korban-dan-kecurigaan-isu-yang-sengaja-dibesarkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke