Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terinfeksi Varian Omicron, Bagaimana Potensi Keparahannya?

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Nadia dalam keterangan tertulis melalui laman resmi Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dua kasus terbaru ditemukan saat menjalani karantina selama 10 hari sepulangnya dari luar negeri. 

Menurut dia, dua pasien tersebut merupakan hasil pemeriksaan sampel dari 5 kasus probable atau kemungkinan terpapar Varian Omicron yang baru kembali dari luar negeri.

Varian Omicron diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi daripada varian Covid-19 yang pernah ada.

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran The University of Hong Kong menemukan, varian Omicron mampu berkembang biak 70 kali lebih cepat dari varian Delta dan SARS-CoV-2 asli di bronkus manusia.

Temuan ini mungkin bisa menjelaskan mengapa Omicron dapat menularkan lebih cepat antar manusia daripada varian sebelumnya.

Namun, studi tersebut juga menemukan fakta bahwa varian Omicron bereplikasi kurang efisien (lebih dari 10 kali lebih rendah) di jaringan paru-paru manusia daripada virus SARS-CoV-2 asli.

Hal ini mengindikasikan adanya tingkat keparahan lebih rendah yang diakibatkan oleh Omicron.

Studi ini menggunakan model eksperimental dengan membandingkan infeksi SARS-CoV-2 asli dari 2020, varian Delta dan varian Omicron terbaru.

Terpenting, pencegahan semaksimal mungkin

Menanggapi studi itu, ahli patologi klinik Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Tonang Dwi Ardyanto menyebutkan, gejala keparahan yang diakibatkan Omicron sebenarnya relatif.

"Kalau saya, anggap saja lah bahwa sebenarnya apa pun variannya, Covid-19 itu ya sama saja bentuk-bentuk gejalanya. Variasi yang terjadi, lebih ke variasi individual pasiennya," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (17/12/2021).

Ia menilai, penelitian itu bisa dipahami secara kasus perorangan.

Jika  terjadi infeksi dan virusnya bereplikasi dengan cepat di saluran pernapasan, maka jumlahnya sangat tinggi.

Meski replikasi Omicron lebih lambat di paru-paru, tetapi jumlah di saluran napas sangat tinggi, pada akhirnya tentu tetap berisiko besar.

Oleh karena itu, kunci menghadapi varian Omicron adalah mencegah semaksimal mungkin virus masuk ke dalam tubuh.

"Kemudian perkuat imunitas tubuh kita, agar yang terpaksa bisa menerobos masuk, bisa kita hambat semaksimalnya," kata Tonang.

"Dalam skala masyarakat, bila jumlah kasus yang terinfeksi melonjak tinggi, berarti juga risiko bisa sampai melebihi kapasitas pelayanan kesehatan. Akibatnya tetap menjadi masalah besar," ujar dia.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/18/194500965/terinfeksi-varian-omicron-bagaimana-potensi-keparahannya-

Terkini Lainnya

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke