SETIAP peristiwa kecelakaan pesawat selalu terasa menggetarkan, terlebih lagi bila fatal. Dramatis, itu pasti. Efek kejut karena jumlah korban jiwa juga menyengat.
Namun, hingga hari ini, pesawat terbang sejatinya masih merupakan moda transportasi yang paling aman dibandingkan pilihan lain.
Ini ditakar dari kejadian kecelakaan dan korban jiwa, bahkan rasio jumlah kejadian kecelakaan fatal terhadap frekuensi penggunaan moda transportasi.
Mencermati persoalan kecelakaan pesawat terbang tidaklah sederhana. Betul, banyak yang bilang bahwa kecelakaan dapat saja terjadi kapan saja dan di mana saja.
Akan tetapi, pada dasarnya kecelakaan dapat diupayakan untuk tidak terjadi, minimal diusahakan agar kecelakaan yang fatal dapat dan harus bisa dicegah.
Penyebab terjadinya kecelakaan tidak bisa pula dibilang semata karena usia pesawat terbang.
Pada kenyataannya, kecelakaan terjadi pada pesawat yang sudah cukup tua dan keluaran terbaru.
Hasil investigasi mendapati, penyebab dari banyak kecelakaan pesawat terbang di dunia masih didominasi faktor manusia. Kelalaian, adalah salah satu yang dimungkinkan di sini.
Pada titik ini terlihat kebutuhan mekanisme pengawasan melekat yang berkelanjutan.
Faktor cuaca dan kesalahan teknis tetap ada peluang berkontribusi menyebabkan kecelakaan pesawat, akan tetapi porsinya susut drastis sejak teknologi dirgantara berkembang sejak era 1970-an.
Tantangan ke depan yang dihadapi adalah pesatnya kemajuan teknologi otomatisasi dari sistem kendali pesawat terbang yang sudah serba komputer.
Ini menuntut para teknisi dan pilot untuk turut mendalami bidang baru, yaitu pengetahuan tentang anatomi sistem computer flight management (CFM).
Saya menulis lebih dalam soal kecelakaan pesawat ini. Karena tulisannya panjang, Kompas.com menyusunnya dalam format laporan mendalam di rubrik JEO.
Silakan lanjut membaca: Apa yang Harus Diketahui dari Kecelakaan Pesawat Terbang?
https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/01/105250865/apa-yang-harus-diketahui-dari-kecelakaan-pesawat-terbang