Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Pesawat Alami Turbulensi seperti Singapore Airlines

Kompas.com - 22/05/2024, 18:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pesawat Boeing 777-300ER nomor penerbangan SQ321 dari maskapai Singapore Airlines mengalami turbulensi parah pada Selasa (21/5/2024).

Pesawat Singapore Airlines yang membawa 211 penumpang dan 18 awak dari Bandara Heathrow London menuju Singapura itu mengalami turbulensi setelah terbang 11 jam.

Situasi darurat tersebut membuat pesawat dialihkan terbang ke Bangkok, Thailand dan mendarat di Bandara Suvarnabhumi.

Insiden ini menyebabkan seorang penumpang asal Inggris terkena serangan jantung dan meninggal dunia. Sementara sekitar 30 orang dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka-luka.

Lalu, apa yang menyebabkan pesawat mengalami trubulensi di tengah penerbangan?

Baca juga: Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal


Mengenal turbulensi dan penyebabnya

Turbulensi merupakan situasi yang terjadi saat pesawat mendadak terguncang saat penerbangan serta dapat menimbulkan perubahan ketinggian secara tiba-tiba.

Dikutip dari The Guardian, Selasa (21/5/2024), turbulensi bisa disebabkan pertemuan udara pada temperatur, tekanan, atau kecepatan udara yang berbeda sehingga angin bertabrakan. 

Aliran udara yang lebih lambat dan lebih cepat bertabrakan lalu akan mengguncang pesawat yang terbang di sekitarnya.

Beberapa kondisi cuaca dan geografis berupa badai petir, barisan pegunungan, dan munculnya awan tertentu seperti awan badai kumulonimbus dapat menjadi tanda kemunculan turbulensi.

Namun, kondisi ini juga dapat muncul tanpa peringatan. Umumnya, cuaca atau aliran udara di atas pegunungan lebih berpotensi menyebabkan terjadi turbulensi sulit terdeteksi.

“Kekuatan dan arah aliran udara dapat berubah dengan cepat, dan prakiraan hanya dapat menunjukkan kemungkinannya," ujar Direktur Operasi Penerbangan dan Teknis dari maskapai Iata, Stuart Fox.

Turbulensi dapat membuat pesawat keluar jalur, kehilangan ketinggian penerbangan dengan cepat, atau bahkan meluncur turun dengan cepat.

Mantan pilot dan dosen penerbangan Buckinghamshire New University, Marco Chan menyebut turbulensi kerap terjadi pada suatu wilayah. Ini termasuk lokasi terbang pesawat Singapore Airlines yang mengalami insiden.

"(Pesawat terbang) di zona konvergensi antartropis, di mana badai petir sering terjadi. Badai petir ditampilkan dengan jelas pada tampilan navigasi pilot," tuturnya.

"Namun, tidak mungkin untuk sepenuhnya menghindari gugus badai karena badai tersebut dapat membentang lebih dari 50 mil laut (80,46 km),” lanjut Chan.

Baca juga: Aplikasi Prakiraan Cuaca Deteksi Badai Petir saat Pesawat Singapore Airlines Turbulensi Parah

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com