Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Agung Meletus 17 Maret 1963, Ribuan Orang Tewas

KOMPAS.com- Gunung Agung di Pulau Bali mengalami letusan eksplosif pada 17 Maret 1963 atau tepatnya 58 tahun yang lalu.

Sekitar 1.600 orang dilaporkan meninggal dunia akibat letusan tersebut, sejumlah sumber lain menyebut korban mencapai lebih dari 2.000 orang. 

Dikutip dari Express, (29/6/2018), letusan sudah dimulai sejak 18 Februari 1963, setelah 2 hari gempa dengan lava pijar dan abu keluar dari gunung.

Aliran lahar muncul dimulai 19 Februari dan tidak berhenti hingga 26 hari. Namun yang terjadi selanjutnya adalah letusan eksplosif pada 17 Maret. 

Letusan eksplosif pada 17 Maret menghasilkan kolom letusan besar yang diperkirakan mencapai ketinggian 19-26 kilometer.

Lahar dingin dan panas (aliran puing-puing yang terdiri dari bahan piroklastik) dengan cepat terbentuk dalam hujan deras yang mengikuti letusan ini.

Hal itu telah menghancurkan desa-desa dan konstruksi di lereng selatan Agung hingga mencapai pantai.

Dilansir Straitstimes, 27 November 2017, akibat dari ledakan itu, sekitar 1.600 orang tewas, puluhan desa hancur, dan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Pada 1963 gunung itu meletus sebanyak 3 kali setelah tidak aktif selama 120 tahun.

Gunung berapi itu melemparkan puing-puing setinggi 10 km di udara, menghancurkan puluhan desa dalam radius sekitar 7 km.

Lava mengalir menuruni lereng gunung berapi selama beberapa hari setelah itu. Penduduk dati tiga desa di lereng gunung yang lebih rendah menjadi yang paling terdampak. 

Banyak dari mereka yang selamat dirawat di rumah sakit karena luka bakar akibat abu panas gunung berapi dan batu yang jatuh.

Diberitakan Express, 29 Juni 2018, dampak letusan 1963 tidak hanya korban jiwa, tapi juga iklim. Dampaknya dirasakan hingga ke seluruh Indonesia.

Letusan 1963 adalah salah satu letusan gunung berapi pertama yang memiliki dampak iklim, karena banyaknya belerang yang disuntikkan ke atmosfer.

Perkiraan penurunan suhu global bervariasi antara 0,1 derajat celcius hingga 0,4 celcius.

Pulau Bali juga diselimuti oleh abu tebal sementara aliran lahar menelan hektar tanaman padi, sebanyak 200.000 orang terancam kelaparan.

Abu letusan mencapai Surabaya dan Madura

Abu dari letusan Gunung Agung mencapai Madura dan Surabaya, Jawa Timur.

Di Surabaya, awan tebal abu menyebabkan penutupan sekolah, sementara ibukota Indonesia Jakarta juga terpengaruh. Abu menyebar hingga 1.000 kilometer dari gunung berapi.

Diberitakan Harian Kompas, 15 Maret 1974, kerusakan akibat letusan Gunung Agung 1963 berangsur-angsur dipulihkan.

Material letusan dahsyat Gunung Agung mengalir lewat Tukad Telagawaja dan Tukad Unda dengan 5 anak sungainya.

Kerusakan yang ditimbulkan merupakan kehancuran seluruh jembatan pada sungai itu, sarana irigasi sepanjang sungai rusak, dan retusan jektar sawah tertutup di bagian hilirnya.

Jembatan yang hanyut di sepanjang aliran Tukad Telawaja dan Tukad Unda ada 9 buah. Hal itu memutuskan koneksi antara Bali dengan daerah timur.

Untuk itu dibangun beberapa jembatan penghubung dan bangunan pelintas. Selain itu dibangun check dam atau tanggul penghambat.

Tujuannya yaitu mengendalikan material letusan yang masih turun ke hilir dan mengurangi gangguan material terhadap bangunan-bangunan pengairan,

Selain itu juga memulihkan hubungan lalu lintas antara Rendang-Muncan-Selat-Amlapura.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/17/074450765/hari-ini-dalam-sejarah-gunung-agung-meletus-17-maret-1963-ribuan-orang

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke