KOMPAS.COM - Raden Sjamsuridjal atau lebih dikenal dengan nama Sjam adalah pendiri sekaligus ketua pertama Jong Islamieten Bond.
Sjam lahir pada 11 Oktober 1903 dan berasal dari keluarga Islam yang taat.
Ayahnya adalah seorang penghulu di Karanganyar yang dulu menjadi bagian dari Karesidenan Surakarta.
Pada kongres keenam Jong Java 1923, Sjam terpilih sebagai ketua organisasi pemuda pelajar terbesar di Indonesia itu.
Adapun Haji Agus Salim ditunjuk sebagai pembimbing Jong Java.
Baca juga: Prinsip-prinsip Nasionalisme dalam NKRI
Agus Salim dan Sjam memiliki pemahaman sama, yakni menjadikan Islam sebagai landasan perjuangan bangsa Indonesia.
Bagaimana peran Sjamsuridjal dalam berdirinya Jong Islamieten Bond?
Ketika memimpin Jong Java, Sjamsuridjal terinspirasi oleh pidato Agus Salim, sehingga ia mencoba melakukan pembaharuan dalam organisasi itu.
Dalam pertemuan tahunan Jong Java di Yogyakarta pada 27-31 Desember 1924, Sjam mengajukan usul sebagai berikut :
Usulan Sjam ini mendapat dukungan dari Raden Kasman Singodimedjo, Supinah (kemudian menjadi Nyonya Kasman Singodimedjo), Moesa Al Machfoeld, Soehodo (Sekpri Sri Paku Alam Vlll).
Mereka berpendapat bahwa agama Islam akan membantu mempersatukan para pemuda.
Islam dianggap sebagai agama yang mampu menyatukan rakyat Indonesia.
Sayangnya, gagasan Sjam pada kongres Jong Java, tidak didukung oleh suara mayoritas.
Alasan penolakan terhadap gagasan Sjam adalah karena ia bermain politik.
Sarekat Islam juga dituduh sedang menyusup ke dalam tubuh Jong Java.
Baca juga: Sarekat Islam: Latar Belakang, Perkembangan, dan Perpecahan