Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro-Kontra Politik Mercusuar Soekarno

Kompas.com - 12/12/2023, 16:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Pertama, politik mercusuar menjadi awal pengembangan pariwisata di Indonesia dengan dibangunnya Hotel Indonesia.

Hotel Indonesia adalah hotel bintang lima pertama di negeri ini, yang tidak hanya menyediakan akomodasi untuk tamu asing, tetapi juga menjadi sarana Bung Karno untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia.

Selanjutnya, pembangunan Kompleks Olahraga Senayan, khususnya Stadion Gelora Bung Karno agar menjadi salah satu kompleks olahraga terbesar di Asia.

Bung Karno ingin menjadikan stadion ini sebagai daya tarik dunia sehingga merancangnya dengan gaya bangunan temu gelang yang menjadi ciri khas unik.

Kompleks Olahraga Senayan tidak hanya digunakan untuk pertandingan olahraga, tetapi juga untuk konser musik dan berbagai acara besar lainnya.

Selain itu, kompleks ini sering menjadi pusat kegiatan olahraga bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya.

Politik Mercusuar juga membawa dampak positif pada proyek pembangunan Jembatan Semanggi.

Jembatan ini, sebagai bagian dari bangunan monumental, menjadi jembatan layang pertama di Indonesia.

Pembangunan Jembatan Semanggi bertujuan untuk meningkatkan pengaturan lalu lintas kendaraan, terutama di wilayah Senayan, dengan harapan menciptakan kondisi lalu lintas yang lebih lancar dan teratur.

Dampak lanjutan dari Politik Mercusuar adalah pembangunan Monumen Nasional (Monas) dan Gedung MPR/DPR.

Monas yang menjadi ikon ibu kota Indonesia, dibangun sebagai monumen kebangkitan nasional.

Sementara itu, pembangunan Gedung MPR/DPR dianggap sebagai langkah penting untuk mendukung kelancaran proses politik di Indonesia, terutama dalam menghadapi rapat-rapat besar.

Gedung ini menjadi sarana strategis untuk memfasilitasi kegiatan politik, mencerminkan komitmen Indonesia dalam membangun institusi politik yang kuat.

Pemerintahan Soekarno mengalokasikan dana khusus sebesar Rp 3,637 miliar untuk proyek-proyek besar tersebut. Dana tersebut dibagi antara tahun 1961 sebesar Rp 1,537 miliar dan tahun 1962 sebesar Rp 2,100 miliar.

Untuk memenuhi tenggat waktu Asian Games ke-4 yang akan diselenggarakan pada Agustus 1962, seluruh proyek dilakukan secara bersamaan. Selain melibatkan pekerja konstruksi biasa, TNI AD juga ikut terlibat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com