Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Pangeran Diponegoro Melawan Penjajahan Belanda

Kompas.com - 01/11/2023, 16:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Seiring berlalunya waktu, ketidakpuasan Pangeran Diponegoro terhadap penjajahan semakin meningkat karena Belanda telah memasang patok jalan melalui makam leluhurnya tanpa izin.

Pangeran Diponegoro menganggap tindakan tersebut telah merusak nilai-nilai budaya Jawa dan menghina kehormatan mereka.

Oleh karena itu, ia menyatakan perang sebagai bentuk protes dengan mengganti beberapa patok jalan dengan tombak.

Pada 1825, Pangeran Diponegoro secara terbuka memulai perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda.

Ia berhasil memobilisasi pasukan terdiri dari orang Jawa yang merasa tidak puas dengan pemerintahan kolonial.

Diponegoro membangun gerakan perlawanan yang kuat dan mendapatkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat Jawa.

Perang Diponegoro berlangsung selama beberapa tahun dengan berbagai pertempuran yang sengit di wilayah Jawa.

Oleh karena itu, perang ini juga sering disebut sebagai Perang Jawa.

Baca juga: Biografi Nyi Ageng Serang, Pemimpin Pasukan di Perang Diponegoro

Strategi Perang Diponegoro

Perang Diponegoro dimulai ketika pasukan Belanda tiba di Tegalrejo, Yogyakarta, pada 20 Juli 1825, dengan tujuan untuk menangkap Pangeran Diponegoro atas tindakannya mengganti patok jalan dengan tombak.

Penangkapan ini menjadi pemicu dimulainya perlawanan berskala besar.

Diponegoro dan pendukungnya merasa bahwa tindakan ini adalah bentuk agresi yang tidak dapat diterima.

Penangkapan Diponegoro dinilai sebagai langkah yang jelas untuk menyingkirkan mereka dari kekuasaan.

Pasukan Belanda menghadapi perlawanan yang kuat dari pengikut Pangeran Diponegoro, sehingga upaya penangkapan itu gagal. Pangeran Diponegoro pun berhasil melarikan diri ke Desa Selarong.

Pasukan Belanda merespons kegagalan tersebut dengan menghancurkan Tegalrejo.

Tindakan ini justru memperbesar kemarahan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap kehadiran kolonial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com