Singkat cerita, golongan sayap kiri pun membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR), yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin.
Dalam perkembangannya, FDR berubah menjadi radikal dan programnya fokus untuk menentang program Kabinet Hatta.
Seiring berjalannya waktu, konflik pun semakin memanas. Kendati begitu, FDR sempat menyatakan kesediaan untuk berdamai dengan pemerintah Indonesia.
Amir juga menyatakan bahwa FDR adalah negara Republik Indonesia, bendera mereka tetap merah putih, dan lagu kebangsaan mereka masih Indonesia Raya.
Akan tetapi, hal ini tampak diabaikan oleh pemerintah Indonesia, bahkan pemerintah justru memanfaat kesempatan ini untuk menghilangkan sayap kiri di Indonesia.
Pemberontakan PKI Madiun berakhir setelah Amir Syarifuddin dan sejumlah petinggi FDR lainnya tertangkap pada 19 Desember 1948.
Baca juga: Gerakan Permesta: Latar Belakang, Tuntutan, dan Penumpasan
Permesta adalah gerakan militer yang dideklarasikan oleh pemimpin militer Negara Indonesia Timur (NIT).
Terjadinya Permesta disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah berkembangnya sentimen di Sulawesi dan Sumatera Tengah yang merasa kebijakan pemerintah pusat di Jakarta telah menghambat perekonomian lokal.
Para perwira daerah merasa kecewa karena pemerintah pusat dianggap terlalu mengistimewakan Pulau Jawa dibandingkan pulau lainnya.
Faktor-faktor ini yang kemudian memunculkan aspirasi untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Permesta dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual, seorang perwira militer yang terlibat dalam Revolusi Nasional Indonesia.
Untuk menumpas pemberontakan ini, pemerintah melancarkan beberapa operasi militer, yaitu Operasi Merdeka, Operasi Tegas, dan Operasi Sadar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.