Sejak saat itulah Purbalingga terus berkembang sampai sekarang.
Baca juga: Asal-usul Suku Tengger
Di Kabupaten Purbalingga terdapat sejumlah adat kebudayaan, seperti Ujungan, Suran, Begalan, Angguk, Calung, dan Ebeg atau Kuda Lumping.
Berikut penjelasannya:
Ujungan adalah upacara meminta hujan yang dilaksanakan dengan cara adu kesaktian antara para jawara dengan menggunakan senjata pemukul rotan.
Biasanya, ujungan dipentaskan oleh masyarakat saat sedang menghadapi musim kemarau panjang.
Suran adalah upacara tradisional sedekah bumi yang bertujuan untuk tolak bala dengan cara bermacam-macam, mulai dari Ruwat Bumi hingga Upacara Selametan di makam leluhur.
Hampir semua masyarakat Purbalingga mengenal Suran atau Suro (Bulan Muharram).
Begalan adalah kesenian tradisional yang digunakan sebagai sarana upacara pernikahan.
Adapun peralatan yang digunakan berupa alat-alat dapur yang masing-masing memiliki makna simbolis berisi falsafah Jawa dan berguna bagi kedua mempelai.
Selanjutnya adalah angguk, yaitu tarian-tarian yang dilakukan oleh delapan pemain.
Biasanya, pada akhir pertunjukan para pemain sudah dalam kondisi mabuk.
Calung adalah alat musik khas Purbalingga yang terbuat dari bambu wulung, mirip seperti perangkat gamelan Jawa.
Biasanya, calung digunakan untuk mengiringi vokalis atau sinden.
Ebeg atau kuda lumping adalah tari tradisional khas Purbalingga.
Kesenian ini menggambarkan kegagalan prajurit berkuda dengan atraksi barongan, penthol, dan cepet.
Referensi: