Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah dan Adat Budaya Kabupaten Purbalingga

Kompas.com - 08/08/2023, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Purbalingga adalah salah satu wilayah yang terletak di Provinsi Jawa Tengah.

Nama Purbalingga sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu purba dan lingga.

Purba berarti memimpin, atau seorang pemimpin, sedangkan lingga adalah lambang atau simbol kekuasaan pria.

Konon, Kota Purbalingga didirikan oleh Kyai Arsayuda yang dipercaya menurunkan para bupati Purbalingga.

Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Purbalingga

Sejarah Kabupaten Purbalingga

Sejarah berdirinya Purbalingga tidak lepas dari peranan Kyai Arsantaka.

Sewaktu muda, Kyai Arsantaka bernama Kyai Arsakusuma. Ia merupakan putra dari Bupati Onje II.

Saat beranjak dewasa, Kyai Arsantaka pergi berkelana ke arah timur hingga sampai di suatu daerah yang bernama Desa Masaran.

Sesampainya di Desa Masaran, Kyai Arsantaka diangkat anak oleh Kyai Wanakusuma yang masih memiliki garis keturunan Kyai Ageng Giring dari Mataram.

Pada 1760-an, Kyai Arsantaka diangkat menjadi demang di Kademangan Pagendolan yang berada di bawah pemerintahan Karanglewas.

Suatu ketika, terjadi perang saudara antara Pangeran Mangkubumi dan Pakubuwana II.

Saat itu, Kyai Arsantaka lebih memihak pada Pakubuwana II.

Oleh karena itu, Adipati Banyumas yang berada di bawah Surakarta, Tumenggung Yudanegara mengangkat putra Kyai Arsantaka menjadi menantu.

Seiring berjalannya waktu, putra Kyai Arsantaka yang bernama Arsayuda menjadi Tumenggung Karanglewas dengan gelar Raden Tumenggung Dipayuda II.

Setelah itu, Arsayuda memindahkan pusat pemerintahan dari Karanglewas ke Desa Purbalingga.

Pemindahan pusat pemerintahan ini bersamaan dengan pembangunan berbagai fasilitas lainnya.

Sejak saat itulah Purbalingga terus berkembang sampai sekarang.

Baca juga: Asal-usul Suku Tengger

Adat kebudayaan Kabupaten Purbalingga

Di Kabupaten Purbalingga terdapat sejumlah adat kebudayaan, seperti Ujungan, Suran, Begalan, Angguk, Calung, dan Ebeg atau Kuda Lumping.

Berikut penjelasannya:

Ujungan

Ujungan adalah upacara meminta hujan yang dilaksanakan dengan cara adu kesaktian antara para jawara dengan menggunakan senjata pemukul rotan.

Biasanya, ujungan dipentaskan oleh masyarakat saat sedang menghadapi musim kemarau panjang.

Suran

Suran adalah upacara tradisional sedekah bumi yang bertujuan untuk tolak bala dengan cara bermacam-macam, mulai dari Ruwat Bumi hingga Upacara Selametan di makam leluhur.

Hampir semua masyarakat Purbalingga mengenal Suran atau Suro (Bulan Muharram).

Begalan

Begalan adalah kesenian tradisional yang digunakan sebagai sarana upacara pernikahan.

Adapun peralatan yang digunakan berupa alat-alat dapur yang masing-masing memiliki makna simbolis berisi falsafah Jawa dan berguna bagi kedua mempelai.

Angguk

Selanjutnya adalah angguk, yaitu tarian-tarian yang dilakukan oleh delapan pemain.

Biasanya, pada akhir pertunjukan para pemain sudah dalam kondisi mabuk.

Calung

Calung adalah alat musik khas Purbalingga yang terbuat dari bambu wulung, mirip seperti perangkat gamelan Jawa.

Biasanya, calung digunakan untuk mengiringi vokalis atau sinden.

Ebeg atau kuda lumping

Ebeg atau kuda lumping adalah tari tradisional khas Purbalingga.

Kesenian ini menggambarkan kegagalan prajurit berkuda dengan atraksi barongan, penthol, dan cepet.

 

Referensi:

  • Herusatoto, Budiono. (2008). Banyumas: Sejarah, Bahasa, Watak, Seni, dan Budaya. Yogyakarta: LKiS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com