Lebih lanjut, Charles II juga mengalami keterlambatan bicara hingga berusia empat tahun dan tidak bisa berjalan hingga usia delapan tahun.
Charles II juga disebut-sebut impoten sehingga ia tidak bisa memiliki anak. Namun, dugaan ini masih belum terbukti kebenarannya.
Baca juga: Perjanjian Frankfurt 1871, Akhir Perang Perancis-Prusia
Setelah Philip IV wafat pada 17 September 1665, Charles II yang masih berusia muda naik tahta menggantikan kedudukan sang ayah.
Namun, karena keterbatasan yang ia miliki, Charles II dianggap gagal menjalankan pemerintahan dengan baik.
Kendati demikian, Charles II telah menikah hingga dua kali. Ia menikah dengan Marie Louise d’Orleans pada 1679 dan menikahi Maria Anna dari Neuburg pada 1689.
Sayangnya, tidak ada satu pun dari istrinya tersebut yang melahirkan seorang anak.
Usut punya usut, hal ini disebabkan oleh Charles II yang diduga impoten.
Namun, ada juga yang menduga bahwa kegagalannya memberikan ahli waris disebabkan oleh ketidakmampuan Charles II secara fisik.
Ketika usianya menginjak 30 tahun, Charles II sudah tampak seperti orang tua.
Selama bertahun-tahun terakhir hidupnya, Charles II hampir tidak bisa berdiri dan sering terjatuh seolah-olah kakinya terlalu lemah untuk menopang tubuhnya sendiri.
Baca juga: Charles de Gaulle, Pemimpin Perancis pada Perang Dunia II
Semakin lama kondisi kesehatan Charles II semakin menurun. Ia sering berhalusinasi dan kejang-kejang.
Menjelang ajalnya, Charles II menderita sakit demam, sakit perut, kesulitan bernapas, dan koma, hingga akhirnya meninggal dunia pada usia 39 tahun.
Menurut hasil penelitian, komplikasi penyakit yang diderita Charles II disebabkan oleh kelainan genetik akibat pernikahan sedarah (inses).
Pada akhirnya, kebijakan perkawinan sedarah ini justru membawa Dinasti Habsburg ke dalam keterpurukan.
Pemerintahan Habsburg di Spanyol resmi berakhir setelah naiknya Philip V dari Dinasti Bourbon yang berkuasa di Perancis.
Referensi: