Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Terjadinya Perang Jagaraga

Kompas.com - 11/07/2023, 07:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Perang Jagaraga atau lebih dikenal sebagai Perang Bali II adalah perang yang dilakukan Patih Jelantik bersama dengan rakyat Buleleng melawan Belanda di Bali.

Perang Jagaraga terjadi tahun 1848 silam. Dalam pertempuran ini, Belanda mengerahkan lebih dari 2000 prajurit, yang sepertiganya merupakan orang Eropa dan sisanya adalah orang Jawa dan Madura.

Sementara itu, pihak Bali mengerahkan sebanyak 16.000 prajurit, termasuk 1.500 orang yang bersenjatakan senjata api di bawah pimpinan I Gusti Ketut Jelantik.

I Gusti Jelantik merupakan patih Kerajaan Buleleng. Dalam Perang Jagaraga, 200 prajurit Belanda tewas.

Lantas, apa penyebab terjadinya Perang Jagaraga?

Baca juga: Kerajaan Bali: Berdiri, Raja-raja, Kehidupan Sosial, dan Peninggalan

Penyebab

Perang Jagaraga terjadi pada tahun 1848 hingga 1849.

Penyebab terjadinya Perang Jagaraga adalah karena ketidaktaatan Raja Buleleng, I Gusti Ngurah Made Karangasem dan Maha Patih I Gusti Ketut Jelantik pada perjanjian damai atas kekalahan Perang Buleleng pada 1846.

Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Raja Buleleng dan Raja Karangasem yang membantu Perang Buleleng.

Berikut isi dari perjanjian tersebut:

  • Kedua kerajaan harus mengakui ada di bawah kekuasaan. Gubernemen dan mengakui raja Belanda sebagai tuannya.
  • Dilarang membuat perjanjian dengan bangsa kulit putih lainnya.
  • Menghapus peraturan Tawan Karang.
  • Membayar biaya perang besar 300.000 gulden, Raja Buleleng dibebankan 2/3 sedangkan raja Karangasem 1/3 yang harus dilunasi dalam kurun waktu 10 tahun.

Baca juga: Kerajaan Buleleng: Sejarah, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Setelah perjanjian tersebut berjalan selama dua tahun, ternyata Raja Buleleng tidak memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan dalam perjanjian.

Lebih lanjut, Raja Buleleng juga tidak menunjukkan niatan untuk membayar semua utang-utangnya.

Tidak berhenti di situ, setelah Perang Buleleng berakhir, I Gusti Ngurah Made Karangasem, I Gusti Ketut Jelantik, pimpinan pasukan dan para prajurit memindahkan Kerajaan Buleleng ke Desa Jagaraga.

Selama di Jagaraga, I Gusti Ketut Jelantik dan Raja Buleleng dengan dibantu oleh Jro Jempiring sudah menyusun strategi perang dalam kurun waktu 1846 hingga 1848.

Bagi Belanda, tindakan yang dilakukan oleh I Gusti Ketut Jelantik dan Raja Buleleng ini mengancam keberadaan mereka.

Terlebih lagi, I Gusti Ketut Jelantik selalu membuat keributan di sekitar Buleleng dan Pabean. Mereka merampok kapal-kapal Belanda di Pelabutan Pabean sekaligus memboikot penjualan bahan makanan kepada serdadu Belanda.

Kondisi inilah yang kemudian mendorong Belanda melakukan penyerbuan terhadap I Gusti Ketut Jelantik dan pasukannya pada 8 Juni 1848 melalui Pelabuhan Sangsit dengan kekuatan 22 kapal perang yang dilengkapi meriam.

 

Referensi:

  • Schulte, Nordholt H.G.C. (2010). The Spell of Power, A History of Balinese Politics 1650-1949. Leiden: KITLV Press.
  • Hanna, Willard A. (2003). Bali Chronicles, A Lively Account of the Island’s History from Early Times to the 1970’s. Singapore: Periplus Editions.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com