Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Orang Bali Tidak Boleh Makan Sapi?

Kompas.com - 17/05/2022, 02:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bali merupakan wilayah di Indonesia yang memiliki budaya dan tradisi yang unik.

Salah satunya adalah orang Bali dikenal tidak mengonsumsi sapi.

Sapi oleh agama Hindu dianggap sebagai hewan jelmaan dari dewa Syiwa. Oleh karena itu umat Hindu begitu menyucikan sapi.

Baca juga: Mengapa Agama Hindu di Indonesia dan India Berbeda Praktiknya?

Hewan Suci

Umat Hindu di India menganggap bahwa sapi merupakan hewan suci dan simbol kehidupan yang harus dilestarikan.

Dalam peradaban Veda, sapi dikaitkan dengan Aditi atau ibu dari semua dewa. Oleh sebab itu sapi kemudian menjadi bagian penting dalam kehidupan umat Hindu.

Bahkan di India terdapay hari libur yang disebut sebagai Hari Sapi atau Gopastami yang jatuh setiap tanggal 19 November.

Pada perayaan tersebut, sapi di India akan dimandikan dan didandani dengan bunga lalu di bawa keliling.

Baca juga: Sejarah Hari Raya Nyepi

Sumber kehidupan

Selain sebagai simbol ibu para dewa, sapi juga dianggap oleh umat Hindu sebagai sumber kehidupan manusia.

Sapi dianggap mampu memproduksi sumber pangan, seperti susu, keju, butter.

Sedangkan kotoran sapi bisa dijadikan sebagai pupuk bagi pertanian atau perkebunan.

Baca juga: Deklarasi Ekonomi: Pencetus, Tujuan, Penyebab Kegagalan, dan Dampak

Jelmaan Dewa Syiwa

Agama Hindu menjadi salah satu agama yang berpengaruh di Indonesia, terutama era kuno.

Hingga sekarang, agama Hindu masih berpengaruh, terutama bagi masyarakat Bali yang mayoritas menganutnya.

Seperti halnya di India, masyarakat Bali juga tidak menyembelih atau mengonsumsi sapi.

Sebagai gantinya, masyarakat Bali mengonsumsi daging babi, ayam, dan hewan laut atau sea food.

Dalam agama Hindu di Bali, diajarkan bahwa sapi merupakan hewan suci yang menjadi jelmaan atau kendaraan Dewa Siwa.

Baca juga: Kertajaya, Raja Terakhir Kediri yang Mengaku Dewa

Oleh karena itu, sapi juga menjadi lambang kehidupan yang masih melekat dalam budaya masyarakat Bali.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Pura Lempuyang Luhur di Bali

Sejarah Pura Lempuyang Luhur di Bali

Stori
Sayyid Sulaiman, Pendiri Pondok Pesantren Sidogiri

Sayyid Sulaiman, Pendiri Pondok Pesantren Sidogiri

Stori
Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Stori
Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com